Rabu, 17 Juni 2015

Model Pembelajaran Bermain Anak

BABI
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kita semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam hal ini adalah bekerja atau aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu dilakukan dalam rangka suatu hasil. Bermain tidak memperdulikan hasil akhir tetapi yang lebih penting disini adalah proses bermain itu sendiri. Bermain selalu menyenangkan dan tidak pernah menjadi beban. Bila anak sudah menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia lakukan bukanlah bermain.
Orang dewasa mengenal kegiatan “bekerja” selain kegiatan “bermain”. Kendati bukan bekerja mempunyai fungsi tersendiri sebagai bagian dari keseimbangan kehidupannya. Anak-anak dilain pihak, hanya mengenal kegiatan bermain. Hal ini disebabkan perbendaharaan antara kegiatan bekerja dan bermain pada masa kanak-kanak masih amat tipis. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan. Apabila kita ingin memahami pengertian bermain, kita perhatikan saja wajah anak-anak bila wajah mereka menampilkan percikan air muka yang cerah dan berseri-seri, itulah bermain. Namun bila wajah mereka muram dan cemberut maka itu bukan lagi bermain.
Dengan ketrampilan dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak melakukan aktivitas bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya serta tentang siapa dirinya. Bermain memungkinkan anak-anak mengeksplorasi berbagai pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut kehidupan. Dengan demikian, kegiatan bermain merupakan bagian yang penting dalam proses tumbuh kembangnya disemua bidang kehidupan diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-masalah dan menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi kendala-kendala kehidupan. Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yangsehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah maupun rohaniah. Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari sebagian besar dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain sendiri maupun itu merupakan kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam suasana riang gembira.
B.RumusanMasalah
Berdasarkan paparan diatas, dalam model pembelajaran  ini penulis menentukan rumusan masalah sebagaiberikut:
“Apakah permainan bebas dan terpimpin sudah dilakukan di PAUD / TK mengikuti aturan ada?”

C.Tujuan Pembuatan Makalah
     Tujuan pembuatan model pembelajatan ini adalah untuk tugas mata kuliah Divusi Dan Inovasi.

D. Manfaat Pembuatan Model Pembelajaran ini
     Adapun manfaat pembuatan model ini adalah:
Bagi mahasiswa, model ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam meningkatkan keterampilan membuat model dan bertambah wawasan tentang berbagai permainan.
























BAB
KAJIAN PUSTAKA
A.    Hakekat Bermain

1. Pengertian Bermain

Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
a.        Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.
b.      Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual bahasa dan perilaku (psiksososial serta emosional)
c.       Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik.
d.      Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
2. Karakteristik Bermain Anak
Karakteristik bermain anak antara lain :
a.    Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak membuat aturan mereka sendiri.
b.   Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama)
c.    Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir produknya.
d.   Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.
3.Tujuan Bermain atau Permainan
     Tujuan dari bermain atau permainan antara lain :
a.    Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
b.   Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukkan kepedulian
c.    Menanamkan budi pekerti yang baik
d.   Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar
e.    Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Tuhan
f.    Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral yang mendasar, seperti salah, benar, jujur, adil dan fair

4. Manfaat Bermain Bagi Anak
      Manfaat bermain bagi anak antara lain :
1.      Bermain bermanfat mencerdaskan otak
2.      Bermain bermanfaat mengasah panca indra
3.      Bermain bermanfaat sebagai media terapi
4.      Bermain memacu kreatifitas
5.      Bermain bermanfaat untuk melatih empati
6.      Bermain itu melakukan penemuan
7.      Pendapat Pakar Tentang Permainan


a. Aristoteles
Berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang mereka tekuni dewasa nanti. Pendidikan untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan anak.

b. Frohel (abad 18)
Menekankan pentingnya bermain dalam belajar. Menurutnya kegiatan bermain dan mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka.

c. Joan Freman dan Utami Menandar (1995)
Menyebutkan bahwa pada umumnya bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak untuk mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, sosial, moral dan emosional.

d. Montessori (1961)
Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada dalam situasi keserasian, akan merekontroksi sebuah kreativitas.

e. Sigmund Freud
Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melaluio bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan maupun konflik pribadi. Denagn demikian bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak dapat mengambil peran aktif sebagai pemasaran dalam memindahkan perasaan negatif ke objek atau orang pengganti.

Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat diagnosa terhadap masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang dimanifestasikan dalam terapi bermain.

f. Frank dan Theresia Caplan, enam belas hakikat bermain antara lain yaitu:
1.      Membantu pertumbuhan anak
2.      Merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
3.      Memberikan kebebasan anak untuk bertindak
4.      Memberikan dunia khayal yang disukai anak
5.      Mempunyai unsur berpetualang didalamnya
6.      Meletakkan dasar pengembangan bahasa
7.      Mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antar pribadi
8.      Memberikan kesempatan-kesempatan untuk menguasai diri secara fisik
9.      Memperluas minat dan pemusatan perhatian
10.  Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu
11.  Merupakan cara untuk mempelajari peran orang dewasa
12.  Merupakan dinamis untuk belajar
13.  Menjernihkan pemikiran anak
14.  Dapat distruktur secara akademis

g. Singer
Bermain, teutama bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia, bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman.



























BAB III
MODEL PEMBALAJARAN PERMAINAN TERPIMPIN
Aktivitas bermain merupakan suatu rangkaian usaha kegiatan di PAUD. Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan bermain dan belajar serta alat-alat permaianan yang dibutuhkan. Di PAUD dikenal dua kategori bermain, yaitu bermain bebas dan bermain terpimpin.
A.    Bermain Terpimpin

Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya permainan dan alat permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu gru TK / PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami kejenuhan.

Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru mencipta permainan, antar lain sebagai berikut :
1.      Permainan dalam lingkaran
2.      Permainan dengan alat
3.      Permainan tanpa alat
4.      Permainan dengan angka
5.      Permainan dengan nyanyian
6.      Permainan bentuk lomba
7.      Permainan mengasah panca indra
Dasar pemikiran yang melandasi permainan yang baik dan sehat bagi perkembangan anak, yaitu berikut ini :
1.      Permainan yang dirancang dengan baik dapat menjadi sarana pengembangan kemampuan anak
2.      Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman yang sehat dan bersifat positif
3.      Anak-anak merupakan unsur terpenting dalam setiap permainan anak.
4.      Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
5.      Perilaku bermain dapat mempengaruhi pandangan anak mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekelilingnya
6.      Aktivitas bermain perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat dampaknya bagi perkembangan anak (baik positif maupun negatif)
Contoh aktifitas bermain terpimpin :
Permainan dalam lingkaran
- Sapu tangan dan bola
1.      Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola kaki)
2.      Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak sekitar 1 meter
3.      Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya yang berada dalam lingkaran
4.      Anak yang berada diluar lingkaran berusaha menyentuh bola dengan sapu tangan yang dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh anak-anak yang mengoperkan bola
5.      Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang dipegangnya tidak dapat disentuh sapu tangan sehingga suasana menjadi riuh.
6.      Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika dipegang atau sedang dioper) atau anak yang tidak dapat menangkap bola yang dioper kepadanya harus keluar dari lingkaran dan menggantikan anak yang memegang saputangan.
7.      Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah lingkaran.

Permainan dengan alat
- Mana Sepatuku
1.      Alat yang digunakan adalah sepatu anak-anak dan guru
2.      Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya dibuat garis memanjang.
3.      Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian tiap kelompok berbaris diatas garis
4.      Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan berlari kearah sepatu berada, mencari dan memakai sepatunya
5.      Demikian seterusnya sampai anak terakhir memakai sepatunya
6.      Kelompok yang anggotanya terakhirnya selesai labih dulu memakai sepatu adalah kelompok yang menang.
7.      Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak yang menonton. Guru selalu mengumpulkan kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari sepatunya.
Permainan tanpa alat
- Kata polisi
1.      anak-anak duduk dalam lingkaran menghadap ke tengah
2.      Ditengah berdiri seorang anak menjadi pemimpin
3.      Anak tersebut memberi perintah kepada anak lain yang harus di laksanakan perintah tersebut didahului dengan “kata polisi”. Misalnya, “kata polisi tepuk tangan 3 kali”
4.      Bila pemimpin hanya mengatakan “tepuk tangan 3 kali” anak-anak tidak boleh mengikutinya
5.      Bila ada yang melakukan perintah tersebut dia harus keluar dari lingkaran atau anak yang tidak melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah melakukan “kata polisi” juga harus keluar dari lingkaran.
6.      Begitu seterusnya sampai anak-anak habis
7.      Kata polisi dapat diganti dengan “kata bu guru” atau “kata ayah” sesuai kesepakatan bersama.
Permainan dengan angka
- Berbasis menurut angka
1.      Permainan ini dimainkan sekurang-kurangnya 10 anak
2.      Alat yang digunakan adalah kartu angka (1-10)
3.      10 anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah disiapkan
4.      Guru menebarkan kartu angka secara tertutup dilantai
5.      Setelah anak mendengar aba-aba, anak-anak mengambil satu kartu angka, kemudian mulai mengatur barisan berderet ke samping sesuai urutan angka dalam kartu yang didapatnya
6.      Kerjasama antar peserta sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik
7.      Agar ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau 3 kelompok sekaligus dan guru harus mempersiapkan beberapa set kartu angka. Kelompok yang lebih cepat menyusun barisan dengan urutan yang benar merupakan kelompok pemenang.
Permainan dengan nyanyian
- Bermain sepatu
1.      Anak-anak melepas sepatu dan duduk dilantai membentuk lingkaran menghadap ke dalam dengan jarak 1,5 m
2.      Setiap anak meletakkan sepatunya dihadapannya. Salah satu anak sepatunya diganti sepatu guru
3.      Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi dengan tempo biasa sambil menggeser sepatumya mengikuti irama lagu. Setelah lagu berakhir sepatu juga berhenti (satu putaran, lagu dinyanyikan 2 kali)
4.      Anak yang mendapat sepatu guru didepannya harus berhenti bermain
5.      Permainan dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu pemain lagi. Makin sedikit jumlahpemain,lagu makin dipercepat.
Dan sebagainya.















BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena permainan merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada kehidupannya di masa depan karena di dalam permainan itu sendiri terdapat proses belajar.

B. Saran-saran
Disarankan kepada penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi bahan rujukan yang digunakan untuk memperluas cakrawala ilmu yang didapat juga untuk memperkaya materi yang bisa dipelajari.




















DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar