BABI
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Kita
semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah
aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam hal ini adalah bekerja
atau aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu dilakukan dalam rangka
suatu hasil. Bermain tidak memperdulikan hasil akhir tetapi yang lebih penting
disini adalah proses bermain itu sendiri. Bermain selalu menyenangkan dan tidak
pernah menjadi beban. Bila anak sudah menganggap bermain sebagai suatu beban,
artinya yang ia lakukan bukanlah bermain.
Orang
dewasa mengenal kegiatan “bekerja” selain kegiatan “bermain”. Kendati bukan
bekerja mempunyai fungsi tersendiri sebagai bagian dari keseimbangan
kehidupannya. Anak-anak dilain pihak, hanya mengenal kegiatan bermain. Hal ini
disebabkan perbendaharaan antara kegiatan bekerja dan bermain pada masa
kanak-kanak masih amat tipis. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan. Apabila
kita ingin memahami pengertian bermain, kita perhatikan saja wajah anak-anak
bila wajah mereka menampilkan percikan air muka yang cerah dan berseri-seri,
itulah bermain. Namun bila wajah mereka muram dan cemberut maka itu bukan lagi
bermain.
Dengan
ketrampilan dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak melakukan aktivitas
bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya serta
tentang siapa dirinya. Bermain memungkinkan anak-anak mengeksplorasi berbagai
pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut kehidupan. Dengan demikian,
kegiatan bermain merupakan bagian yang penting dalam proses tumbuh kembangnya
disemua bidang kehidupan diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi,
sosial.
Kegiatan
bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-masalah dan
menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian
diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif
dalam menghadapi kendala-kendala kehidupan. Dalam kehidupan anak, bermain
mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yangsehat
selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak
yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah maupun
rohaniah. Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan
dinamis. Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari
sebagian besar dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain sendiri maupun itu
merupakan kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk
mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam suasana
riang gembira.
B.RumusanMasalah
Berdasarkan paparan diatas, dalam model pembelajaran ini penulis menentukan rumusan masalah sebagaiberikut:
Berdasarkan paparan diatas, dalam model pembelajaran ini penulis menentukan rumusan masalah sebagaiberikut:
“Apakah
permainan bebas dan terpimpin sudah dilakukan di PAUD / TK mengikuti aturan
ada?”
C.Tujuan Pembuatan Makalah
C.Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan model pembelajatan ini
adalah untuk tugas mata kuliah Divusi Dan Inovasi.
D. Manfaat Pembuatan Model Pembelajaran ini
D. Manfaat Pembuatan Model Pembelajaran ini
Adapun manfaat pembuatan model ini adalah:
Bagi
mahasiswa, model ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam meningkatkan
keterampilan membuat model dan bertambah wawasan tentang berbagai permainan.
BAB
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat
Bermain
1. Pengertian Bermain
1. Pengertian Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
a. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan
potensi-potensi yang ada padanya.
b. Memberikan
peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual bahasa
dan perilaku (psiksososial serta emosional)
c. Anak
terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan
baik.
d. Secara
alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
2.
Karakteristik Bermain Anak
Karakteristik
bermain anak antara lain :
a. Bermain
relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak membuat aturan mereka
sendiri.
b.
Bermain dilakukan seakan-akan
kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama)
c.
Bermain lebih memfokuskanpada
kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir produknya.
d. Bermain
memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.
3.Tujuan
Bermain atau Permainan
Tujuan dari bermain atau permainan antara
lain :
a. Menanamkan
kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
b.
Melatih sikap ramah, suka bekerja
sama menunjukkan kepedulian
c.
Menanamkan budi pekerti yang baik
d.
Melatih anak untuk berani dan
mempunyai rasa ingin tahu yang besar
e.
Melatih anak untuk mencintai
lingkungan dan ciptaan Tuhan
f.
Melatih anak untuk mengeri
berbagai konsep moral yang mendasar, seperti salah, benar, jujur, adil dan fair
4. Manfaat Bermain Bagi Anak
Manfaat bermain bagi anak antara lain :
1.
Bermain bermanfat mencerdaskan
otak
2.
Bermain bermanfaat mengasah panca
indra
3.
Bermain bermanfaat sebagai media
terapi
4.
Bermain memacu kreatifitas
5.
Bermain bermanfaat untuk melatih
empati
6.
Bermain itu melakukan penemuan
7.
Pendapat Pakar Tentang Permainan
a. Aristoteles
Berpendapat
bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang mereka tekuni
dewasa nanti. Pendidikan untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap
perkembangan anak.
b. Frohel
(abad 18)
Menekankan
pentingnya bermain dalam belajar. Menurutnya kegiatan bermain dan mainan yang
dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan
pengetahuan mereka.
c. Joan Freman
dan Utami Menandar (1995)
Menyebutkan
bahwa pada umumnya bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak untuk
mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, sosial, moral dan emosional.
d. Montessori (1961)
Menggambarkan
jika ketika anak bermain, dan berada dalam situasi keserasian, akan
merekontroksi sebuah kreativitas.
e. Sigmund Freud
Freud
memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melaluio bermain ataupun
fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan maupun konflik pribadi. Denagn
demikian bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak dapat mengambil peran aktif
sebagai pemasaran dalam memindahkan perasaan negatif ke objek atau orang
pengganti.
Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat diagnosa terhadap masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang dimanifestasikan dalam terapi bermain.
f. Frank dan Theresia Caplan, enam belas hakikat bermain antara lain yaitu:
1.
Membantu pertumbuhan anak
2.
Merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sukarela
3.
Memberikan kebebasan anak untuk
bertindak
4.
Memberikan dunia khayal yang
disukai anak
5.
Mempunyai unsur berpetualang
didalamnya
6.
Meletakkan dasar pengembangan
bahasa
7.
Mempunyai pengaruh yang unik
dalam pembentukan hubungan antar pribadi
8.
Memberikan kesempatan-kesempatan
untuk menguasai diri secara fisik
9.
Memperluas minat dan pemusatan
perhatian
10. Merupakan
cara untuk menyelidiki sesuatu
11. Merupakan
cara untuk mempelajari peran orang dewasa
12. Merupakan
dinamis untuk belajar
13. Menjernihkan
pemikiran anak
14. Dapat
distruktur secara akademis
g.
Singer
Bermain,
teutama bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia,
bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya
perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak
yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman.
BAB
III
MODEL PEMBALAJARAN PERMAINAN TERPIMPIN
Aktivitas
bermain merupakan suatu rangkaian usaha kegiatan di PAUD. Kegiatan yang dilakukan
membutuhkan pengaturan lingkungan bermain dan belajar serta alat-alat
permaianan yang dibutuhkan. Di PAUD dikenal dua kategori bermain, yaitu bermain
bebas dan bermain terpimpin.
A.
Bermain Terpimpin
Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya permainan dan alat permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu gru TK / PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami kejenuhan.
Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru mencipta permainan, antar lain sebagai berikut :
1. Permainan
dalam lingkaran
2. Permainan
dengan alat
3. Permainan
tanpa alat
4. Permainan
dengan angka
5. Permainan
dengan nyanyian
6. Permainan
bentuk lomba
7. Permainan
mengasah panca indra
Dasar
pemikiran yang melandasi permainan yang baik dan sehat bagi perkembangan anak,
yaitu berikut ini :
1. Permainan
yang dirancang dengan baik dapat menjadi sarana pengembangan kemampuan anak
2. Setiap
anak mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman yang sehat dan bersifat positif
3. Anak-anak
merupakan unsur terpenting dalam setiap permainan anak.
4. Anak
memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
5. Perilaku
bermain dapat mempengaruhi pandangan anak mengenai dirinya sendiri, orang lain
dan dunia sekelilingnya
6. Aktivitas
bermain perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat dampaknya bagi
perkembangan anak (baik positif maupun negatif)
Contoh
aktifitas bermain terpimpin :
Permainan
dalam lingkaran
-
Sapu tangan dan bola
1. Bola
yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola kaki)
2. Anak-anak
berdiri dalam lingkaran dengan jarak sekitar 1 meter
3. Bola
dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya yang berada dalam lingkaran
4. Anak
yang berada diluar lingkaran berusaha menyentuh bola dengan sapu tangan yang
dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh anak-anak yang mengoperkan bola
5. Anak
yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang dipegangnya tidak dapat disentuh
sapu tangan sehingga suasana menjadi riuh.
6. Anak
yang bolanya disentuh saputangan (ketika dipegang atau sedang dioper) atau anak
yang tidak dapat menangkap bola yang dioper kepadanya harus keluar dari
lingkaran dan menggantikan anak yang memegang saputangan.
7. Guru
bertindak sebagai pemimpin di tengah lingkaran.
Permainan
dengan alat
-
Mana Sepatuku
1. Alat
yang digunakan adalah sepatu anak-anak dan guru
2. Semua
sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya
dibuat garis memanjang.
3. Anak-anak
dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian tiap kelompok berbaris diatas garis
4. Dengan
adanya aba-aba guru anak terdepan berlari kearah sepatu berada, mencari dan
memakai sepatunya
5. Demikian
seterusnya sampai anak terakhir memakai sepatunya
6. Kelompok
yang anggotanya terakhirnya selesai labih dulu memakai sepatu adalah kelompok
yang menang.
7. Sepatu
dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak yang menonton. Guru selalu
mengumpulkan kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari sepatunya.
Permainan
tanpa alat
-
Kata polisi
1. anak-anak
duduk dalam lingkaran menghadap ke tengah
2. Ditengah
berdiri seorang anak menjadi pemimpin
3. Anak
tersebut memberi perintah kepada anak lain yang harus di laksanakan perintah
tersebut didahului dengan “kata polisi”. Misalnya, “kata polisi tepuk tangan 3
kali”
4. Bila
pemimpin hanya mengatakan “tepuk tangan 3 kali” anak-anak tidak boleh
mengikutinya
5. Bila
ada yang melakukan perintah tersebut dia harus keluar dari lingkaran atau anak
yang tidak melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah melakukan “kata polisi”
juga harus keluar dari lingkaran.
6. Begitu
seterusnya sampai anak-anak habis
7. Kata
polisi dapat diganti dengan “kata bu guru” atau “kata ayah” sesuai kesepakatan
bersama.
Permainan
dengan angka
-
Berbasis menurut angka
1. Permainan
ini dimainkan sekurang-kurangnya 10 anak
2. Alat
yang digunakan adalah kartu angka (1-10)
3. 10
anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah disiapkan
4. Guru
menebarkan kartu angka secara tertutup dilantai
5. Setelah
anak mendengar aba-aba, anak-anak mengambil satu kartu angka, kemudian mulai
mengatur barisan berderet ke samping sesuai urutan angka dalam kartu yang
didapatnya
6. Kerjasama
antar peserta sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik
7. Agar
ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau 3 kelompok sekaligus dan guru
harus mempersiapkan beberapa set kartu angka. Kelompok yang lebih cepat
menyusun barisan dengan urutan yang benar merupakan kelompok pemenang.
Permainan
dengan nyanyian
-
Bermain sepatu
1. Anak-anak
melepas sepatu dan duduk dilantai membentuk lingkaran menghadap ke dalam dengan
jarak 1,5 m
2. Setiap
anak meletakkan sepatunya dihadapannya. Salah satu anak sepatunya diganti
sepatu guru
3. Dengan
aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi dengan tempo biasa sambil menggeser
sepatumya mengikuti irama lagu. Setelah lagu berakhir sepatu juga berhenti (satu
putaran, lagu dinyanyikan 2 kali)
4. Anak
yang mendapat sepatu guru didepannya harus berhenti bermain
5. Permainan
dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu pemain lagi. Makin sedikit
jumlahpemain,lagu makin dipercepat.
Dan sebagainya.
Dan sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan pada bab sebelumnya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan
merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena permainan merupakan dunia
anak yang dapat menunjang pada kehidupannya di masa depan karena di dalam
permainan itu sendiri terdapat proses belajar.
B. Saran-saran
B. Saran-saran
Disarankan
kepada penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi bahan rujukan yang digunakan
untuk memperluas cakrawala ilmu yang didapat juga untuk memperkaya materi yang
bisa dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar