PENDIDIKAN
DALAM PERUBAHAN SOSIAL
A.
Pendahuluan
Pendidikan sebagai bagian dalam perubahan sosial,
pada dasarnya memiliki dua fungsi yang dapat dikatakan saling bertentangan.
Sampai saat ini pendidikan masih berada
pada posisi dilematis dalam sebuah struktur sosial. Disatu pihak, pendidikan
berupaya untuk melegitimasi atau melanggengkan tatanan/struktur sosial yang
ada. Disisi lain, pendidikan juga mempunyai tugas untuk melakukan perubahan
sosial dan transformasi menuju dunia yang lebih baik.
Peran pendidikan dalam perubahan sosial dapat dengan
mudah dilihat pada masa Revolusi Industry Inggris dan Prancis. Kedua revolusi
ini dapat dikatakan sebagai sebuah symbol perubahan yang sangat besar yang
membawa implikasi sosial di seluruh dunia.
B.
Makna Pendidikan
Pendidikan menurut pengertian yunani adalah paedagogie yang berarti “ Pendidikan”,
serta paedagogia yang berarti
“pergaulan dengan anak”. Konsep pendidikan tersebut kemudian dapat dimaknai
sebagai usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak
untuk membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan (Armai, 2005). Orang Romawi melihat pendidikan sebagai Educare, yaitu “mengeluarkan dan
menuntun”, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa sejak lahir. Bangsa
jerman melihat pendidikan sebagai erzieungg
yang setara dengan educare, yakni
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya
mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam
menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat
manusia. Secara ekstrem dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya
peradaban suatu masyarakat atau suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana
pendidikan dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut (Sanaky, 2010).
Pendidikan dapat di tinjau dari dua segi, yaitu dari
sudut pandang masyarakat, dan dari sudut pandang individu. Pendidikan dari
sudut pandang masyarakat dapat dimaknai sebagai proses pewarisan kebudayaan
dari generasi tua ke generasi muda agar kehidupan masyarakat tetap berlanjut.
Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin di
salurkan dari generai ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap
terpelihara. Pendidikan dari sudut pandang individu dapat diartikan sebagai
pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri individu
(Yunadi, 2009). Setiap individu meiliki potensi yang berbeda. Pengembangan
potensi individu inilah yang harus menjadi perjatian utama dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan.
C.
Posisi
Pendidikan dalam Perubahan Sosial
Posisi pendidikan dalam
perubahan sosial dianalisis melalui dua pendekatan makro dalam sosiologi, yaitu
pendekatan struktural fungsional dan pendekatan konflik. Pendekatan Strukutral Fungsional memiliki asumsi utama, yaitu melihat
masyarakat sebagai sebuah sistem yang ada di dalamnya terdapat berbagai
subsistem.
Ada dua –penganut
persfektif fungsional yang akan dibahas dalam pokok bahasan ini, yaitu Emile
Durkheim dan Talcott Parsons.
1.
Emile Durkheim
a.
Pendidikan dan
Solidaritas Sosial
Durkheim
melihat fungsi utama pendidikan adalah mentrasnmisikan nilai-nilai dan
norma-norma dalam masyarakat.
b.
Pendidikan dan
Pembagian Kerja
Durkheim
melihat bahwa perubahan sosial dalam masyarakat lebih disebabkan karena faktor
demografi (kependudukan). Faktor demografi ini secara lebih sempit dimaknai
dengan faktor bertambahnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk ini komponen
pertama yang mengakibatkan meningkatnya tingkat kepadatan penduduk.
2.
Talcott Parson
a.
Pendidikan dan
Nilai Universal
Parson
memiliki pemikiran bahwa melihat fungsi pendidikan; baginya, sekolah merupakan
miniature bentuk masyarakat. Bagi parson, individu dalam masyarakat menyandang
dua status, yaitu yang dinamakan ascribe
status dan achieved status.
Parson melihat ada dua jenis nilai yang akan diperoleh individu dalam
perkembangan, yaitu nilai particular dan universal.
b.
Pendidikan dan
Seleksi Sosial
Parsons
melihat bahwa sistem pendidikan juga digunakan sebagai meknisme penting untuk
menyeleksi individu bagi peranannya di masa depan.
c.
Pendidikan
dan Reproduksi Sosial
SD
SMP SMA PT
D.
Ideology
Pendidikan dalam Perubahan Sosial
Ideology
pendidikan yang ada dapat dipilih menjadi beberapa kelompok menurut ahli yang
merumuskan ideology tersebut. Tipologi ideology adalah yang cukup mewakili
sekian banyaknya ideology pendidikan yang berkembang dikemukakan oleh Henry
Girous dan Aronowwitz. Menurutnya, ideology pendidikan dapat dibagi menjadi
tiga.
Pertama,
ideology konservatif. Bagi penganut ideology ini, ketidaksetaraan
atau ketimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan satu hukum
keharuan alami, kondisi ini mustahil untuk dihindari serta sudah merupakan
ketentuan sejarah takdir tuhan.
Kedua, ideology
liberal, para penganut ideology
ini berangkat dari keyakinan bahwa memang ada masalah dalam masyarakat, akan
tetapi bagi meraka pendidikan tidak ada kaitannya dengan persoalan politik dan
ekonomi masyarakat.
Ketiga,
ideology kritis, menurut ideology
ini, pendidikan merupakan arena perjuangan politik. Ideology ini menghendaki
perubahan struktur secara fundamental dalam politik ekonomi masyarakat tempat
pendidikan berada.
E.
Pendidikan dalam
Globalisasi: Kasus di Indonesia
Pendidikan merupakan lembaga sosial yang memiliki
dua peran yang cukup kontradiktif, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Perkembangan globalisasi membawa empat wacana besar (lie, 2004) yaitu:
1.
Delokalisasi dan
lokalisasi
2.
Perkembangan
inovasi dan teknologi informasi
3.
Kebangkitan korporasi
multinasional
4.
Privatisasi dan
pembentukan pasar bebas
F.
RSBI dan
Globalisasi
Untuk mencapai
apa yang dinamakan “kemajuan” dalam praktik pendidikan maka muncullah konsep
Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Sekolah yang menyandang gelar
RSBI ini intinya akan berubah statusnya menjadi SBI (Sekolah Berstandar
Internasional) pada sistem pendidikan yang menggunakan standar (atau bahkan
berkiblat) pada sistem pendidikan di tingkat intenasional. Sistem ini meliputi
bahasa pengantar, substansi mata pelajaran, sarana dan prasarana dan
sebagainya. Tipe SBI dalam jangka panjang akan diterapkan di seluruh lembaga
sekolah di Indonesia untuk meningkatkan standar kualitas peserta didik yang
nantinya berdampak pula pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar