Rabu, 17 Juni 2015

Makalah Difusi & Inovasi Bidang Pendidkan

BIDANG : PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
Pada hakekatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia yaitu belajar berkomunikasi dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta untuk mengembangkan kemampuan mengembangkan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya yaitu sebagai sarana berpikir atau bernalar. Di lembaga pendidikan yang bersifat adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana peserta didik belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama peserta didik dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana yang disarankan para ahli pendidikan adalah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
Melalui pembelajaran ini peserta didik bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan peserta didik individual adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, peserta didik dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
Model Bercerita Berpasangan”

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.Bagaimana proses belajar mengajar mata pelajaran berbahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan di TK Tanetea?
C.    Landasan Teori
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan peserta didik individual adalah keberhasilan kelompok. Model pemebelajaran kooperatif model bercerita adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).

















BAB II
RANCANGAN MODEL PROSES PENERIMAAN INOVASI
Konfirmasi
 
Pengetahuan
 
 




A.    Pengetahuan
Pengetahuan peserta didik pada awalnya kurang memahami makna dan arti dalam berbahasa Indonesia yang baik. Sehingga model pembelajaran berbahasa Indonesia ini baik di terapkan di PAUD. Pengetahuanjuga dapa berupa informasi yang telah di kombinasikan dengan pemahaman dan potensi yang bisa menindaki.
B.     Persuasif
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain : Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
Sebelum bahan pelajaran diberika, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang peserta didik ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstroming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata peserta didik agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi hari itu.
Peserta didik dipasangkan. Bagian pertama bahan diberikan kepada peserta didik yang pertama. Sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua. Kemudian peserta didik disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-masing. Sambil membaca/mendengarkan, peserta didik saling disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/fras kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
Setelah selesai membaca, peserta didik saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing peserta didik berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Peserta didik yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan peserta didik yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
Versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa peserta didik bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
Pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing peserta didik. Peserta didik membaca bagian tersebut. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Dikusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.

C.     Keputusan

Dalam mengambil keputusan guru harus menentukan prosedur yang akan digunakan seperti Menurut Savage (1996:222) dalam pembelajaran kooperatif diperlukan keputusan dari guru untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan topik yang akan digunakan dalam kelompok
2. Membuat keputusan tentang ukuran dan komposisi kelompok
3. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
4. Memantau kerja peserta didik dalam kelompok
5. Memberikan saran penyelesaian masalah yang cocok
6. Evaluasi serta memberikan saran-saran

Dalam Model pembelajaran kooperatif peserta didik juga bisa belajar dari sesama teman. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
a.Ukuran ruang kelas
b.Jumlah peserta didik
c.Tingkat kedewasaan peserta didik
d.Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang peserta didik
e.Toleransi masing-masing peserta didik terhadap kegaduhan dan lalu lalang peserta didik
D.    Konfirmasi
Model ini diterima, karena pihak lembaga setuju dengan model yg ditawarkan sehingga perancang model akan dipanggil kembali sesuai dengan waktu kesepakatan.





BAB III
DESAIN MODEL PEMBELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA BERPASANGAN
 
TK TANETEA
 
METODE MODEL BERBICARA BERPASANGAN
1.      Langkah-langkah Keputusan Guru dalam Pembelajaran Kooperati
2.      Tahap-tahap Pembelajaran Koopertif
3.      Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan

 
PENYELEKSIAN MODEL BERBICARA BERPASANGAN
 
Oval: HASIL
Meningkatkan kemampuan berbicara anak dalam kehidupan sehari-hari
 






































BAB IV
HASIL UJI COBA
Dari hasil uji coba ini, kemampuan peserta didik dalam menggunakan bahasa Indonesia telah meningkat. Peserta didik telah mampu mengucapkan dan memahami beberapa bahasa Indonesia yang baik.

Berdasasarkan hasil anilisis ditemukan bahwa pada tindakan pertama upaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca belum mencapai target karena nilai rata-rata kurang (6,83), artinya haya 20 orang yang nilainya di atas batas lulus, masih 13 orang yang berada di bawah batas lulus. Temuan yang menghambat pencapaian target yaitu, 1) dalam perencanaan pada tujuan pembelajaran khususnya perlu direncanakan cara membaca. 2) dalam pelaksanaan perlu intensitas bimbingan yang tinggi dari guru dalam kegiatan membaca gambar dengan cara mengangkat bagian dari lingkungan terdekat.

Pada tindakan kedua kemampuan peserta didik dalam membaca rata-rata meningkat yaitu cukup (7,33), artinya ada 24 orang yang nilai nya di atas batas lulus, masih ada 6 orang yang berada dibawah batas lulus. Dibandingkan pada tindakan pertama. Temuan menunjukan dalam pelaksanaan tindakan guru atau praktisi kurang itensif dalam membimbing peserta didik. Pada tindakan ketiga kemampuan peserta didik dalam membaca permulaan mencapai target, karena hasilnya rata-rata baik (7,43), hanya ada 1 orang yang nilainnya berada di bawah batas lulus.

Berdasarkan perolehan hasil belajar peserta didik pada tiap-tiap tindakan menunjukan Model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan peserta didik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar