Laporan
Hasil Uji Coba
Model Inovasi
Anak
Putus Sekolah di Kabupaten Jeneponto
Pada Mata
Kuliah Difusi dan Inovasi
Oleh :
Baharuddin
1342042001
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Putus sekolah bukan merupakan salah
satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah
berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi
ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga, dan
lain-lain. Hal ini juga dialami oleh beberapa anak di Kecamatan Kelara,
Kabupaten Jeneponto.
Oleh karena itu penulis ingin mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang
sebab-sebab anak putus sekolah.
Pembahasan ini berjudul “Anak Putus
Sekolah Secara umum masalah utamanya adalah kondisi ekonomi keluarga yang
kurang mendukung. Sebagian lagi adalah faktor keluarga yang menyebabkan anak-
putus sekolah. Adapun orang tua dan masyarakat dalam menghadapi anak putus
sekolah ada dua yaitu upaya pencegahan dan upaya pembinaan.
Upaya pencegahan dilakukan sebelum
putus sekolah dengan mengamati, memperhatikan permasalahan-permasalahan
anak-anak dan dengan menyadarkan orang tua akan pentingnya pendidikan demi
menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak. Adapun
upaya pembinaan yang dilakukan adalah dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan
dan sosial kemasyarakatan kepada anak, serta memberikan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya supaya anak disibukkan serta dapat menghindarinya dari
pikiran yang menyimpang.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Apa Pengertian Anak Putus Sekolah
2. Bagaimana Hak Anak Akan Pendidikan
3. Apa Akibat Anak Putus Sekolah
4. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah.
5. Bagaimana Praktek Pekerjaan Sosial Dengan Anak Dalam Penanganan Anak
Putus Sekolah
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Anak Putus Sekolah
Anak putus sekolah adalah keadaan
dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa
memperhatikan hak – hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Undang – Undang nomor 4 tahun 1979,
anak terlantar diartikan sebagai anak yang orang tuanya karena suatu sebab,
tidak mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi terlantar.
Menurut Undang – Undang nomor 23
tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi
secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Menurut Departemen Pendidikan di
Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa
anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program
belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan
program belajarnya.
B. Hak Anak Akan Pendidikan
Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib dipenuhi
dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan
pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang
tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya
pendidikan.
Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah.
Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah.
Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral
untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang
tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya
atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh
bagi kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah pada tahun ini mencapai
puluhan juta anak di seluruh Indonesia.
Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting
untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa
depan bangsa ini. Keluarga adalah lingkungan yang paling pertama dan utama
dirasakan oleh seorang anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Karena itu
pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk karakter anak yang
soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa – masa
selanjutnya.
C. Akibat Anak Putus Sekolah
Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan remaja, tawuran ,
kebut-kebutan di jalan raya , minum – minuman dan perkelahian,
akibat lainnya juga adalah perasaan minder dan rendah diri.
D. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah.
1.
Faktor Internal
a.
Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk
pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar
kewajiban biaya sekola.ak dipengaruhi oleh berbagai faktor .Ketidak
mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak
terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan
baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu
adalah peranan lingkungan .
b.
Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain
seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas ,
prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah.
c.
Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena
Droup Out.
2.
Faktor Eksternal.
a. Keadaan status ekonomi keluarga.
Dalam
keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan untuk membantu
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani dengan masalah
ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti
pelajaran.
b. Perhatian orang tua
Kurangnya
perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah. Makin
besar anak perhatian orang tua makin diperlukan , dengan cara dan variasi
dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah
kurangnya perhatian orang tua.
c. Hubungan orang tua kurang harmonis
Hubungan
keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar
keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami
permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya sehingga
mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.
Selain Permasalahan diatas ada factor penting dalam keluarga yang bisa mengakibatkan anak putus sekolah yaitu :
Selain Permasalahan diatas ada factor penting dalam keluarga yang bisa mengakibatkan anak putus sekolah yaitu :
1) Keadaan ekonomi keluarga.
2) Latar belakang pendidikan ayah dan
ibu.
3) Status ayah dalam masyarakat dan
dalam pekerjaan.
4) Hubungan sosial psikologis antara
orang tua dan antara anak dengan orang tua.
5) Aspirasi orang tua tentang
pendidikan anak, serta perhatiannya terhadap kegiatan belajar anak.
6) Besarnya keluarga serta orang –
orang yang berperan dalam keluarga.
E.
Praktek Pekerjaan Sosial Dengan Anak
Dalam Penanganan Anak Putus Sekolah
Persoalan putus sekolah merupakan
tantangan bagi pekerja sosial. Data dari susenas menyebutkan ratusan ribu
pelajar terancam putus sekolah, mereka berasal dari keluarga miskin. Anak usia
sekolah dari keluarga miskin inilah yang potensial keluar dari bangku sekolah
sebelum mengantongi ijazah.
Dua
solusi untuk menolong anak putus sekolah yang tidak mampu yang baik adalah:
1. Membangun sekolah rakyat yang baik
diperuntukkan bagi anak terlantar dan tidak mampu. Tidak dipungut biaya apa pun
dikarenakan ketidaksanggupan membiayainya karena kemiskinan di mana pendirian
sekolah tersebut seluruhnya ditanggung pemerintah setempat. Pemerintah setempat
memiliki kewajiban melindungi dengan sikap tegas. Sekolah rakyat tersebut
disetarakan dengan SD, SMP, SMA, dan Universitas yang berkualitas.
2. Jika negara dan pemerintah setempat
tidak sanggup membiayai pembangunan sekolah bahkan yang sederhana sekali pun,
kita, terutama warga negara yang memiliki uang gaji berlebih seharusnya
memberikan sebagian uangnya kepada anak miskin untuk bersekolah.
BAB III
RANCANGAN MODEL PROSES PENERIMAAN INOVASI
RANCANGAN MODEL PROSES PENERIMAAN INOVASI
1. Tahap
Pengetahuan
Pengetahuan
dari mahasiswa tersebut tentang dampak dari putus
sekolah masih kurang.
2. Tahap
Persuasi
Metode
yang ditawarkan adalah metode diskusi untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak putus sekolah.
3. Tahap
Keputusan
a)
Di Tolak
Model inovasi ini ditolak karena anak-anak putus sekolah kurang senang dengan diskusi.
b)
Di Terima
Model inovasi ini
diterima oleh anak-anak putus sekolah
karena bisa labih dekta dengan teman-temannya.
4. Tahap
Konfirmasi
Setelah
inovasi di terapkan kami terus melakukan
pelaksanaan dan pengawasan terhadap perilaku seseorang yang telah mengikuti
inovasi tersebut
BAB IV
DESAIN MODEL PEMBELAJARAN
A.
TUTOR
Tutor
adalah orang yg memberi pelajaran (membimbing) kpd seseorang atau sejumlah
kecil siswa dalam pelajarannya;(Dedy Sugono, 2008:1022). Tutor adalah orang
yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi proses pembelajaran di
kelompok belajar ;(Chairudin Samosir, 2006:15). Hamalik (1991:73) (dalam Abi
Masiku (2003:10)) mengemukakan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran
dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar
siswa dapat efisien dan efektif dalam belajar. Subyek atau tenaga yang
memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat
berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa
yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di
kelas.
Secara
singkat pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial
atau tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat
berupa bantuan, petunjuk, arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien dan efektif dalam
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut
dapat tercapai dengan baik.
B.
STRATEGI
Saya dan anak-anak putus sekolah berdiskusi tentang masalah
putus sekolah
C.
METODE
Metode yang saya gunakan adalah
metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran, dimana anak-anak putus sekolah
dihadapkan pada suatu masalah untuk dibahas kemudian dipercahkan secara
bersama.
D.
PENERAPAN
Dalam proses penerapan yang perlu
diperhatikan adalah suasana yang baik untuk menerapkan inovasi tersebut,
sehingga dalam menerapkan model inovasi diskusi ini anak-anak dapat mengetahui apa itu putus sekolah.
E.
EVALUASI
Hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan keberhasilan adalah bagaimana anak-anak
putus sekolah ini dapat menerima inovasi atau
masukan-masukan dengan baik yang saya berikan kepada sipenerima inovasi
BAB V
HASIL UJI COBA
A.
GAMBARAN
UMUM LOKASI UJI COBA
Pengembangan model pembelajaran
dengan metode diskusi yang saya lakasanakan di salah satu rumah anak-anak yang putus sekolah di saat mereka sedang
bermain dengan teman-temannya.
B.
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN
1. Pengetahuan
Pengetahuan anak-anak putus sekolah setelah menerapkan metode ini.
Mereka sudah mulai memahami tentang masalah putus sekolah.
2. Persuasi
Model diskusi yang saya terapkan
disini supaya teman-teman cepat memahami dan ingin kembali melanjutkan sekolahnya.
3. Tahap
keputusan
Model yang saya
terapkan diterim karena anak-anak putus
sekolah tersebut senang dengan diskusi dan mendengarkan cerita.
4.
Konfirmasi
Setelah inovasi di
terapkan kami terus melakukan
pelaksanaan dan pengawasan terhadap perilaku seseorang yang telah mengikuti
inovasi tersebut.
BAB VI
PEMBAHASAN
Hasil
uji coba yang telah dilaksanakan
menggunakan metode diskusi. Seperti diskusi yang sering kita laksanakan pada
mata kuliah yang lain metode diskusi ini juga berjalan dengan lancar. Adapun
langkah pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan teman-teman anak-anak yang putus sekolah.
Selanjutnya saya mengajukan pertanyaan kepada mereka kenapa berhenti sekolah. Dari jawaban mereka saya bantu cari pemecahan masalahnya.
Diskusi ini juga memberikan sebuah pengetahuan tambahan kepada teman-teman
serta motivasi supaya anak-anak yang
putus sekolah ingin kembali sekolah seperti dulu.
BAB VII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil model inovasi yang telah saya terapkan anak-anak putus sekolah dapat memahami apa itu putus sekolah.
B.
Saran
Semoga
dengan diterapkannya model inovasi diskusi ini anak-anak putus sekolah dapat termotivasi untuk kembali bersekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar