Rabu, 15 Juni 2016

Laporan Hasil Uji Coba Model Inovasi Anak Putus Sekolah di Kabupaten Jeneponto Pada Mata Kuliah Difusi dan Inovasi



Laporan



Hasil Uji Coba Model Inovasi
Anak Putus Sekolah di Kabupaten Jeneponto
Pada Mata Kuliah Difusi dan Inovasi




Oleh :
Baharuddin
1342042001






JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga, dan lain-lain. Hal ini juga dialami oleh beberapa anak di Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang sebab-sebab anak putus sekolah.
Pembahasan ini berjudul “Anak Putus Sekolah Secara umum masalah utamanya adalah kondisi ekonomi keluarga yang kurang mendukung. Sebagian lagi adalah faktor keluarga yang menyebabkan anak- putus sekolah. Adapun orang tua dan masyarakat dalam menghadapi anak putus sekolah ada dua yaitu upaya pencegahan dan upaya pembinaan.
Upaya pencegahan dilakukan sebelum putus sekolah dengan mengamati, memperhatikan permasalahan-permasalahan anak-anak dan dengan menyadarkan orang tua akan pentingnya pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak. Adapun upaya pembinaan yang dilakukan adalah dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kemasyarakatan kepada anak, serta memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya supaya anak disibukkan serta dapat menghindarinya dari pikiran yang menyimpang.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu :
1.      Apa Pengertian Anak Putus Sekolah
2.      Bagaimana Hak Anak Akan Pendidikan
3.      Apa Akibat Anak Putus Sekolah
4.      Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah.
5.      Bagaimana Praktek Pekerjaan Sosial Dengan Anak Dalam Penanganan Anak Putus Sekolah













BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Anak Putus Sekolah
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak – hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Undang – Undang nomor 4 tahun 1979, anak terlantar diartikan sebagai anak yang orang tuanya karena suatu sebab, tidak mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi terlantar.
Menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya.
B.     Hak Anak Akan Pendidikan
            Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan.
Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah.
Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah pada tahun ini mencapai puluhan juta anak di seluruh Indonesia.
Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah lingkungan yang paling pertama dan utama dirasakan oleh seorang anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa – masa selanjutnya.

C.    Akibat Anak Putus Sekolah
            Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan remaja, tawuran , kebut-kebutan di jalan raya , minum – minuman  dan  perkelahian, akibat lainnya juga adalah perasaan minder dan rendah diri.
D.    Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah.
1.      Faktor Internal
a.       Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban  biaya sekola.ak dipengaruhi oleh berbagai faktor .Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu     adalah peranan lingkungan .
b.      Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas , prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah.
c.       Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena Droup Out.
2.      Faktor Eksternal.
a.       Keadaan status ekonomi keluarga.
Dalam keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan  untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran.
b.      Perhatian orang tua
Kurangnya perhatian orang tua cenderung  akan menimbulkan berbagai masalah. Makin besar anak perhatian orang tua makin  diperlukan , dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah  kurangnya perhatian orang tua.
c.       Hubungan orang tua kurang harmonis
Hubungan keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.
Selain Permasalahan diatas ada factor penting dalam keluarga yang bisa mengakibatkan anak  putus sekolah yaitu :
1)      Keadaan ekonomi keluarga.
2)      Latar belakang pendidikan ayah dan ibu.
3)      Status ayah dalam masyarakat dan dalam pekerjaan.
4)      Hubungan sosial psikologis antara orang tua dan antara anak dengan orang   tua.
5)      Aspirasi orang tua tentang pendidikan anak, serta perhatiannya terhadap kegiatan belajar anak.
6)      Besarnya keluarga serta orang – orang yang berperan dalam keluarga.

E.     Praktek Pekerjaan Sosial Dengan Anak Dalam Penanganan Anak Putus Sekolah
Persoalan putus sekolah merupakan tantangan bagi pekerja sosial. Data dari susenas menyebutkan ratusan ribu pelajar terancam putus sekolah, mereka berasal dari keluarga miskin. Anak usia sekolah dari keluarga miskin inilah yang potensial keluar dari bangku sekolah sebelum mengantongi ijazah.
Dua solusi untuk menolong anak putus sekolah yang tidak mampu yang baik adalah:
1.      Membangun sekolah rakyat yang baik diperuntukkan bagi anak terlantar dan tidak mampu. Tidak dipungut biaya apa pun dikarenakan ketidaksanggupan membiayainya karena kemiskinan di mana pendirian sekolah tersebut seluruhnya ditanggung pemerintah setempat. Pemerintah setempat memiliki kewajiban melindungi dengan sikap tegas. Sekolah rakyat tersebut disetarakan dengan SD, SMP, SMA, dan Universitas yang berkualitas.
2.      Jika negara dan pemerintah setempat tidak sanggup membiayai pembangunan sekolah bahkan yang sederhana sekali pun, kita, terutama warga negara yang memiliki uang gaji berlebih seharusnya memberikan sebagian uangnya kepada anak miskin untuk bersekolah.
















BAB III
RANCANGAN MODEL PROSES PENERIMAAN INOVASI
1.      Tahap Pengetahuan
Pengetahuan dari mahasiswa tersebut tentang dampak dari putus sekolah masih kurang.
2.      Tahap Persuasi
Metode yang ditawarkan adalah metode diskusi untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak putus sekolah.
3.      Tahap Keputusan
a)      Di Tolak
Model inovasi ini ditolak karena anak-anak putus sekolah kurang senang dengan diskusi.
b)      Di Terima
Model inovasi ini diterima oleh anak-anak putus sekolah karena bisa labih dekta dengan teman-temannya.
4.      Tahap Konfirmasi
Setelah inovasi di terapkan  kami terus melakukan pelaksanaan dan pengawasan terhadap perilaku seseorang yang telah mengikuti inovasi tersebut







BAB  IV
DESAIN MODEL PEMBELAJARAN
A.    TUTOR
Tutor adalah orang yg memberi pelajaran (membimbing) kpd seseorang atau sejumlah kecil siswa dalam pelajarannya;(Dedy Sugono, 2008:1022). Tutor adalah orang yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi proses pembelajaran di kelompok belajar ;(Chairudin Samosir, 2006:15). Hamalik (1991:73) (dalam Abi Masiku (2003:10)) mengemukakan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan efektif dalam belajar. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas.
Secara singkat pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk, arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.



B.     STRATEGI
Saya dan anak-anak putus sekolah berdiskusi tentang masalah putus sekolah

C.    METODE
Metode yang saya gunakan adalah metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran, dimana anak-anak putus sekolah dihadapkan pada suatu masalah untuk dibahas kemudian dipercahkan secara bersama.

D.    PENERAPAN
Dalam proses penerapan yang perlu diperhatikan adalah suasana yang baik untuk menerapkan inovasi tersebut, sehingga dalam menerapkan model inovasi diskusi ini anak-anak dapat mengetahui apa itu putus sekolah.

E.     EVALUASI
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan keberhasilan adalah bagaimana anak-anak putus sekolah ini dapat menerima inovasi atau masukan-masukan dengan baik yang saya berikan kepada sipenerima inovasi
















BAB V
HASIL UJI COBA
A.    GAMBARAN UMUM LOKASI UJI COBA
Pengembangan model pembelajaran dengan metode diskusi yang saya lakasanakan di salah satu rumah anak-anak yang putus sekolah di saat mereka sedang bermain dengan teman-temannya.
B.     PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
1.      Pengetahuan
Pengetahuan anak-anak putus sekolah setelah menerapkan metode ini. Mereka sudah mulai memahami tentang masalah putus sekolah.
2.      Persuasi
Model diskusi yang saya terapkan disini supaya teman-teman cepat memahami dan ingin kembali melanjutkan sekolahnya.
3.      Tahap keputusan
Model yang saya terapkan diterim karena anak-anak putus sekolah tersebut senang dengan diskusi dan mendengarkan cerita.
4.      Konfirmasi
Setelah inovasi di terapkan  kami terus melakukan pelaksanaan dan pengawasan terhadap perilaku seseorang yang telah mengikuti inovasi tersebut.






















BAB VI
PEMBAHASAN
Hasil uji coba yang telah  dilaksanakan menggunakan metode diskusi. Seperti diskusi yang sering kita laksanakan pada mata kuliah yang lain metode diskusi ini juga berjalan dengan lancar. Adapun langkah pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan teman-teman anak-anak yang putus sekolah. Selanjutnya saya mengajukan pertanyaan kepada mereka kenapa berhenti sekolah. Dari jawaban mereka saya bantu cari pemecahan masalahnya. Diskusi ini juga memberikan sebuah pengetahuan tambahan kepada teman-teman serta motivasi supaya anak-anak yang putus sekolah ingin kembali sekolah seperti dulu.




















BAB VII
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil model inovasi yang telah saya terapkan anak-anak putus sekolah dapat memahami apa itu putus sekolah.

B.     Saran
Semoga dengan diterapkannya model inovasi diskusi ini anak-anak putus sekolah dapat termotivasi untuk kembali bersekolah.

































Tidak ada komentar:

Posting Komentar