TUGAS KELOMPOK
PENGANTAR SOSIOLOGI
“ KEKUASAAN, WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN “
Oleh :
KELOMPOK 07
BAHARUDDIN
1342042001
IRMAWATI SUPIAN
1342041001
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
A. Pengantar
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia.
Kekuasaan senantiasa ada di dalam masyarakat baik yang bersahaja, maupun yang
sudah besar atau rumit susunannya. Akan tetapi walaupun selalu ada kekuasaan
tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. Adanya kekuasaan
cenderung tergantung dari hubungan antara pihak yang memiliki kemampuan untuk
melancarkan pengaruh dengan pihak lain yang menerima pengaruh itu, rela atau
terpaksa. Apabila kekuasaan dijelma pada diri seseorang, biasanya orang itu
dinamakan pemimpin dan yang mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut.
Beda antara kekuasaan dengan wewenang, kekuasaan ialah bahwa setiap kemampuan
untuk mempengaruhi pihal lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedang kan wewenang
adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai
dukungan atau pendapat pengakuan dari masyarakat.
Sebagai suatu proses, baik kekuasaan maupun wewenang merupakan pengaruh yang
nyata atau potensial. Mengenai pengaruh tersebut, lazimnya diadakan pembedaan,
sebagai berikut:
1. Pengaruh
bebas yang didasarkan pada komunikasi dan bersifat persuasif.
2. Pengaruh
tergantung atau tidak babas menjadi efektif karena ciri tertentu yang dimiliki
oleh pihak-pihak lain y6ang berpengaruh. Pada pengaruh jenis pengeruh ini,
mungkin terjadi proses-proses, sebagi berikut:
a. Pihak
yang berpengaruh membantu pihak yang dipengaruhi untuk nmencapai tujuannya,
atau pihak yang berpengaruh mempunyai kekuatan untuk memaksakan kehendak
(kemungkina dengan melancarkan ancaman-ancaman mental atau fisik)
b. Pihak
yang berpengaruh mempunyai ciri-ciri tertentu, yang menyebabkan pihak lain
terpengaruh olehnya. Ciri-ciri tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
i.
Kelebihan di dalam dan pengetahuan.
ii.
Sifat dan sikap yang dapat dijadikan pedoman
perilaku yang pantas atau perilaku yang diharapkan.
iii.
Mempunya kekuasaan resmi yang sah.
B. Hakikat
Kekuasaan Dan Sumbernya
Dalam setiap hubungan antar manusia maupaun antar kelompok sosial selalu
tersimpul pengertian-pengertiankekuasaan dan wewenang. Kekuasaan terdapat
di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup kemempuan untuk
memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-keputusan
yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak
lainnya. Max Weber mengatakan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau
sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri,
dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari
orang-orang atau golongan-golongan tertentu. Kekuasaan mempunayai aneka macam
bentuk dan bermacam-macam sumber. Hak milik kebendaan dan kedudukan adalah
sumber kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah-satu sumber kekuasaan,
disamping kemampuan khusus dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan yang tertentu
ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu. Jadi kekuasaan
terdapat dimana-mana, dalam hubungan sosial maupun didalam
organisasi-organisasi sosial. Akan tetapi pada umumnya kekuasaan yang tertinggi
berada pada organisasi yang dinamakan “ negara “. Dengan demikian
dapatlah di katakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan
yang simetris da asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:
1.
Simetris
|
2. assimetris
|
a) Hubungan
persahabatab
|
a) Popularitas
|
b) Hubungan
sehari-hari
|
b) Peniruan
|
c) Hubungan
yang besifat ambivalen
|
c) Mengikuti
perintah
|
d) Pertentangan
antara mereka yang sejajar kedudukannya.
|
d ) Tunduk
pada pemimpin formal dan informal
|
e) Tunduk
pada seorang ahli
|
|
f) Pertentangan
antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya
|
|
g) Hubungan
sehari-hari
|
Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam faktor. Apabila sumber-sumber
kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaanya, maka dapat diperoleh gambaran
sebagai berikut:
1. Sumber
|
2. Kegunaan
|
a. Militer
Polisi
Kriminal
|
a. Pengendalian
kekerasan
|
b. Ekonomi
|
c. Mengendalikan
tanah, buruh, kekayaan material, produksi
|
d. Politik
|
e. Pengambilan
keputusan
|
f. Hukum
|
g.
Mempertahankan, mengubah, melancarkan
interaksi
|
h. Tradisi
|
i. Sistem
kepercayaan nilai-nilai
|
j. Ideologi
|
k. Pandangan
hidup
|
l. “Diversionary
power”
|
m. Kepentingan rekreatif
|
C. Unsur-Unsur
Saluran Kekuasaan Dan Dimensinya
Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun antar
kelompok mempunyai beberaap unsur pokok yaitu:
1. Rasa
Takut
Perasaan
takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kamauan dan
tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan perasaan negatif,
karena seseorang tunduk pada orng lain dalam keadaan terpaksa.
2. Rasa
Cinta
Rasa
cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Rasa cinta
biasanya mendarah daging dalam diri seseorng atau sekelompok orang. Rasa cinta
yang efesien seharusnya dimuali dari pihak penguasa. Apabila ada sesuatu
reakssi positif dari masyarakat yang di kuasai maka sistem kekuasaan akan dapat
berjalan dengan baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Kepercayaan
dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang
bersifat asosiatif. Misalnya, B sebagai orang yang dikuasai mengadakan hubungan
langsung dengan A sebagai penmegang kekuasaan. B percaya sepenuhnya kepada A,
kalau A akan selalu bertindak dan berlaku baik. Dengan demikian maka setiap
keinginana A akan selalu dilaksanakan oleh B.
4. Pemujaan
Sistem
kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain. Akan tetapi di
dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-orang yang memegang
kekuasaan, mempunyai dasar pemujaan dari orang lain. Akibatnya adalah segala
tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya dianggap benar. Apabila
dilihat dalam masyarakat, maka di dalam pelaksanaannya dijalankan melalui
saluran-saluran tertentu. Saluran-saluran tersebut banyak sekali, akan tetapi
kita hanya akan membatasi diri pada saluran-saluran sebagai berikut:
1) Saluran
militer
Apabila
saluran ini yang dipergunakan, maka penguasa akan lebih banyak mempergunakan
paksaan (coercion) serta kekuatan militer (militery force) dalam melaksanakan
kekuasaannya. Tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri
masyarakat, sehingga mereka tunduk kepada kemauan penguasa atau
sekelompok orang-orang yang dianggap sebagai penguasa.
2) Saluran
ekonomi
Dengan
menggunakan saluran-saluran di bidang ekonomi, penguasa berusaha untuk
menguasai kehidupan masyarakat.
3) Saluran
politik
Melalui
saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya adalah, antara
lain, dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati
peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang
sah.
4) Saluran
tradisional
Saluran
tradisional biasanya merupakan saluran yang paling disukai. Dengan cara
menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam
sesuatu masyarakat, Maka pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lebih
lancar.
5) Saluran
ideologi
Penguasa-penguasa
dalam masyarakat, biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau
doktrin-dotrin, yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran
bagi pelaksanaan kekuasaanya.
6) Saluran-saluran
lainnya
Saluran-saluran
lain disamping yang telah disebutkan di atas, ada pula yang dapat dipergunakan
penguasa, misalnya alat-alat komunikasi massa surat kabar, radio, televisi, dan
lain-lainnya. Apabila dimensi kekuasaan di telaah, maka ada
kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
I.
Kekuasaan yang sah dengan kekerasan
II.
kekuasaan yang sah tanpa kekerasan
III.
kekuasaan yang tidak sah dengan kekerasan
IV.
kekuasaan tidak sah tanpa kekerasan
D. Cara-Cara
Mempertahankan Kekuasaan
Kekuasaan
yang telah dilaksanakan melalui saluaran-saluran sebagaimana diterngkan di
atas, memerlukan serangkaian cara atau usaha-usaha untuk mempertahankannya.
Cara-cara atau usaha-usaha yang dilakukannya adalah antara lain:
a. Dengan
jalan menghilang segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang
politik, yang merugikan kedudukan penguasa.
b. Mengadakan
sistem-sistem kepercayaan (belief-systems) yang akan dapat memperkokoh
kedudukan penguasa atau golongannya.
c. Pelaksanaan
administrasi dan birokrasi yagn baik.
d. Mengadakan
konsilidasi horizontal dan vertikal.
Pada
penguasa biasanya mempunyai keahlian di bidang-bidang tertentu, misalnya bidang
politik, ekonomi, militer, dan selanjutnya. Kekuasaan yang dipegang oleh
seorang ahli politik, hanya mencakup bidang politik saja. Dengan demikian,
penguasa mempunyai beberapa cara untuk memperkuat kedudukannya (yang khusus),
antara lain:
a. Dengan
menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu. Cara ini pada umumnya dilakukan
dengan damai atau persuasif.
b. Dengan
jalan menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat dengan paksa atau kekerasan.
E. Beberapa
Bentuk Lapisan Kekuasaan
Bentuk-bentuk
kekuasaan pada masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini yang beraneka macam
dengan masing-masing polanya. Menurut Maclver ada tiga pola umum sistem lapisan
kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu:
a. Tipe
pertama (tipe kata) adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang
tegas dan kaku.
b. Tipe
kedua (tipe oligarkis) masih mempunyai garis pemisah yang tegas. Akan tetapi
dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat,
terutama pada kesempatan yang diberikan kepada warga untuk meperoleh
keuasaan-kekuasaan tertentu. Bedanya dengan tipe yang pertama adalah, walaupun
kedudukan para warga pada tipe kedua masih didasarkan pada kelahiran ascribed
status tetapi individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.
c. Tipe
ketiga (tipe demokratis) menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah antara
lapisan yang sifatnya mibil sekali. Kelahiran tidak menentukan seseornag, yang
terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan.
F. Wewenang
Sebagaimana
halnya dengan kekuasaan, maka wewenang juga dapat dijumpai dimana-mana,
walaupun tidak selamanya kekuasaan dan wewenang berada di satu tangan.dengan
wewenang dimaksudkan sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib
sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai
masalah-masalah penting dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan.
Apabila orang membicarakan tenteng wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang
dimiliki seseorng atau sekelompok orang. Tekanannya pada hak, dan bukan
pada kekuasaan. Dipandang dari sudut masyarakat, maka kekuasaan
tanpa wewenang, merupakan kekuatan yang tidak sah. Kekuasaan harus mendapatkan
pengakuan dan pengesahan dari masyarakat agar menjadi wewenang. Wewenang hanya
mengalami perubahan dalam bentuk. Perkembangan suatu wewenang terletak pada
suatu arah serta tujuannya untuk sebanyak mungkin memenuhi bentuk yang
dididam-idamkan masyarakat. Wewenang ada beberapa bentuk, sebagai berikut:
1. Wewenang
kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)
Pebedaan
antara wewenang kharismatis, tradional, dan rasional (legal) dikemukakan oleh
Max Weber. Pembedaan tersebut didasarkan pada hubungan antara tindakan dengan
dasar hukum yang berlaku.
Pra-industrial
|
Indutrial
|
Pruna indutrial
|
|
a.
Sumber
|
Tanah
|
Indutri/pabrik
|
Pengetahuan
|
b.
Pusat sosial
|
Pertanian, perkebunan
|
Business/perusahaan
|
Universitas, pusat
penelitian
|
c.
Tokoh dominan
|
Pemilik tanah, kalangan
militer
|
Kalangan business
|
Ilmuwan, peneliti
|
d.
Sarana berkuasa
|
Penguasaan kekuatan
|
Pengaruh tak langsung
terhadap politik
|
Keseimbangan kekuatan
politik, ilmiah, hak asasi
|
e.
Basis kelas
|
Harta, kekuatan, militer
|
Harta, organisasi, politik,
keterampilan teknis
|
Keterampilan teknis,
organisasi, politik
|
f.
cara
|
Kewarisan, konviskasi
|
Kewrisan, magang,
pendidikan
|
Pendidikan, mobilisasi
|
Didalam membicarakan ketiga bentuk wewenang tadi Max Weber memperhatikan sifat
dasar wewenang tersebut, karena itulah yang menentukan kedudukan penguasa yang
mempunyai wewenang tersebut.
Wewenang kharismatis, merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu
suatu kemampuan khusus(whyu, pulung) yang ada pada diri seseorang.
Wewenang tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekolompok orang.
Dengan kata lain, wewenang tersebut dimiliki oleh orang-orang yang menjadi
anggota kelompok. Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah:
a. adanya
ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang,
serta orang-orang lainnya dalam masyarakat.
b. Adanya
wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang yang hadir secara
pribadi.
c. Selama
tak ada pertentengan dengan ketentuan-ketentuan tradisional, orang-orang tak
dapat bertindak secara jelas.
Wewenang rasional atau legal
adalah wewenang yang disandarakan pada sistem hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Sistem hukum di sini dipahamkan sebagai kaidah-kaidahyang telah
diakui serta di taati masyarakat, bahkan yang telah diperkuat oleh negara.
2. Wewenang
resmi dan tak resmi
Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya
wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan
aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Walau demikian, dalam
kelompok-kelompok besar dengan wewenang resmi tersebut, mungkin saja ada
wewenang yang tidak resmi. Tidak semuanya dijalankan atas dasar4
peraturan-peraturan resmi yang sengaja dibentuk. Bahkan demi kelancaran suatu
perusahaan besar, misalnya kadangkala prosesnya didasarkan pada kebiasaan atau
aturan-aturan yang tidak resmi. Contohnya dapat dilihat pada seorang sekretaris
direktur. Ia punya wewenang resmi yang tidak besar.
3. Wewenang
pribadi dan teritorial
Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota
kelompok, dan di sini unsur kebersamaan sangat memegang peranan. Pada wewenang
teritoriall, wilayah tempat tinggal memegang peranan yang sangat penting. Pada
kelompok-kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang, karena
desakan faktor-faktor individualisme.
4. Wewenang
terbatas dan menyeluruh
Suatu
dimensi lain dari wewenang adalah pembedaan antara wewenang terbatas dengan
menyeluruh. Apabila dibicarakan tentang wewenang terbatas, maka
maksudnya adalah wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan.
Akan tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya,
seorang jaksa diindonesia, mempunyai wewenang untuk atas nama negara dan
mewakili masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindak
pidana. Namun jaksa tidak berwenang untuk mengadilinya. Suatu wewenang
menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang
kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya, bahwa setiap negara
mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan
wilayahnya.
5. Kepemimpinan
1. Umum
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau
leader) untuk mempengaruhi orang lain yaitu (yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya).
Sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagai mana yang dikehendaki oleh
pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan
atau kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan
merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat
dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan
meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang
menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi ( formal leadership) yaitu kepemimpinan
yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan
masayarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu
perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi
(informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaan
selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi.
2. Perkembangan
kepemimpinan dan sifat-sifat seorang pemimpin
Kepemimpinan merupakanhasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai
hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial,
seseroang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang
lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang
tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya
kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang
kurang stabil.
Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil daris uatu proses dinamis yang
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat muncul pemimpin,
maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu
disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seseronag
individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka
jalan bagi kelompok untuk mencapai tujuannya dan dengan begitu kebutuhan warga
tidak terpenuhi.
3. Kepemimpinan
menurut ajaran tradisional
Kepemimpinan tradisional seperti misalnya di jawa, menggambarkan tugas seorang
pemimpin melalui pepetah sebagai berikut:
Ing ngarsa asang tulada
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
Pepatah tersebut sering di pergunakan oleh almarhum Ki Hajar Dewantara, yang
apabila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia kurang lebih adalahsebagai
berikut:
Di muka bumi memberi tauladan
Di tengah-tengah membangun
semangat
Dari belakang memberi
pengaruh
Seorang pemimpin di muka, harus memiliki idealisme kuat, serta dia dapat
menjelaskan cita-citanya kepada masyarakat dengan cara-cara sejelas mungkin.
Seorang
pemimpin di tengah-tengah, mengikuti kehendak yang dibentuk masyarakat. Ia
selalu mengamati jalannya masyarakat, serta dapat merasakan suka-dukanya.
Pemimpin
dibelakang di harapkan mempunyai kemampuan untuk mengikuti perkembangan
masyarakat. Dia berkewajiban untuk menjaga agar perkembangan masyarakat tidak
menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang pada suatu masa di hargai oleh
masyarakat. Sendi-sendi kepemimpinannya adalah keutuhan dan harmoni.
4. Sandaran-sandaran
kepemimpinan dan kepemimpinan yang dianggap efektif
Kepemimpinan seseorang (pemimpin) harus mempunyai sandaran-sandaran
kemasyarakatan atau social basis. Pertama-tama kepemimpinan erat hubungannya
dengan susunan masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang agraris dimana belum ada
spesialisasi, biasanya kepemimpinan meliputi seluruh bidang kehidupan
masyarakat.
Kekeuatan kepemimpinan juga di tentukan oleh suatu lapangan kehidupan
masyarakat yang pada saat mendapat perhatian khusus dari masyarakat yang di
sebut cultural focus.
Setiap kepemimpinan yang efektif harus memperhitungkan social basic
apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya
terhindar dari pemerintahan boneka belaka.
Kepemimipina di dalam masyarakat-masyarakathukum adat yang tradisional dan
homogen, perlu diseseuaikan dengan susunan masyarakat tersebut yang masih
tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri pengayuban.
5. Tugas
dan Metode
Secara sosialogis,
tugas-tugas pokok seorng pemimpin adalah
a. Memberikan
suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi
pengikut-pengikutnya.
b. Mengawasi,
mengendalikan serta meyalurkan perilaku warga masyarakat yang di pimpinnya.
c. Bertindak
sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang di pimpin.
Suatu
kepemimpinan (leadership) dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan berbagi
cara (metode). Cara-cara tersebut lazimnya dikelompokkan kedalam
kategori-kategori, sebagai berikut:
a. Cara-cara
otoriter, yang ciri-ciri pokoknya adalah sebagi berikut:
1. Pemimpin
menetukan segala kegiatan kelompok secara sepihak
2. Pengikut
sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Pemimpin
terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam prosesinteraksi da
dalam kelompok tersebut.
b. Cara-cara
demokratis dengan ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Secara
musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau anggota kelompok untuk ikut
serta dalam merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta
cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Pemimpin
secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk
3. Ada
kritik positif, baik dari pemimpin maupun pengikut-pengikut
4. Pemimpin
secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
c. Cara-cara
bebas dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut:
1. Pemimpin
menjalankan peranannya secara pasif.
2. Penentuan
tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya diserahkan kepada kelompok.
3. Pemimpin
hanya menyediakan sarana yang diperlukan kelompok.
4. Pemimpin
berada di tengah-tengah kelompok, namun dia hanya berperan sebagai penonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar