A. Pengertian
Belajar
Dalam kehidupan manusia sehari-hari hampir
tidak terlepas dari kegiatan belajar, baik individu maupun kelompok. Belajar
tidak dibatasi oleh waktu, usia, karena perubahan yang menuntut aktivitas
belajar yang tidak pernah berhenti.
Ada beberapa tentang pengertian belajar, Para ahli
mengemukakan definisi belajar yang berbeda-beda. Tampaknya ada semacam
kesepakatan bagi mereka yang mengatakan bahwa perbuatan belajar mengadung
perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar.
Perubahan itu bersifat intensional, positif aktif dan efektif-intensiional.
Sifat intensional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman atau praktek
yang dilakukan dengan sengaja dan disadari bukan kebetulan. Menurut Dimiyanti
dan Mujiono (2006:9), belajar adalah sebuah prilaku. Pada saat orang belajar,
maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya apabila ia tidak belajar
responnya menurun.
Menurut Sujana,(2000:28), belajar adalah mengubah tingkah
laku seseorang melalui proses mereaksi setiap semua situasi yang ada disekitar
individu tersebut dan diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman.
Gagne mengemukakan dalam bukunya The conditions of
learning(1977) bahwa “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa terhadap
perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.(Atmowijoyo, 2009:75)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah:
1. Perubahan
dalam tingkah laku, mengarah kepada tingkah laku yang baik
2. Perubahan
yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, seperti perubahan-perubahan yang
terjadi pada seorang bayi
3. Perubahan
itu harus mempunyai kesan-kesan yang mendalam dan merupakan proses akhir yang
cukup panjang, adapun prriode waktu tersebut tidak ditentukan dengan pasti
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
B. Teori
Belajar
Menurut teori psikologi behavioristik disebut
“contenporary behaviorist”. Mereka berpendapat tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi behaviral dengan stimulus (Soemanto, 1990: 16,17).
Teori ini lebih menitik beratkan pada tingkah
laku yang terlihat dari individu. Teori ini menganggap bahwa perilaku adalah
segala sesuatu yang dapat diamati oleh indra sebagai hasil interaksi dengan
lingkunagan. Dalam berinteraksi dengan lingkungan individu menerima rangsangan,
mengingat, dan bisa melupakannya.
Menurut Clark C Hull mengemukakan teorinya, bahwa suatu
kebutuhan atau keadaan terdorong karena motif, tujuan, maksud, aspirasi dan
ambisi, harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat
diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi belajar
tergantung pada tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan
timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat oleh individu, (Purwanto,
1994:97)
Penggunaan praktis teori belajar dari hull untuk kegiatan
dalam kelas adalah sebagai berikut:
1.
Teori belajar didasarkan pada drive-reduction atau drive stimulus
reduction.
2.
Instructional objective harus dirumuskan secara specifict dan
jelas
3.
Ruang kelas harus diatur dengan baik untuk memudahkan proses
belajar didalam kelas
4.
Pelajaran harus dimulai dari yang sedrhana, mudah menuju kepada
yang sulit
5.
Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong semangat belajar
6.
Latihan harus didistribusikan dengan baik, tidak boleh menganggu
belajar
7.
Urutan mata pelajaran harus diatur dengan baik supaya mata
pelajaran berikutnya tidak menghambat tetapi justru untuk merangsang
kepelajaran berikutnya.
C. Prinsip
Belajar
Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong
terujudnya perkembangan potensi peserta didik, tentunya melalui proses yang
panjang, tidak dapat diukur dalam priode tertentu, apalagi dalam waktu yang
sangat singkat. Oleh karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran
mengarah kepada upaya pencapaian perkembangan potensi anak didik.
Beberapa prinsip belajar dari ranah
pembelajaran, mencakup pembelajaran kognitif, afektif, psikomotorik.
(Anurahman, 2009: 134-136). Uraianya sebagai berikut:
1.
1. Prinsip
belajar kognitif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kognitif:
1.
Perhatian harus dipusatkan pada aspek lingkungan yang relevan
sebelum proses belajar kognitif terjadi
2.
Hasil bekajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan
jenis perbedaan individual yang ada
3.
Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan
atau unit-unit yang sesuai.
4.
Bila menyajikan konsep, kebermakaan dalam konsep sangat penting.
Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat
diperlukan untuk menguji bahwa konsep benar-benar bermakna
5.
Dalam memecahkan masalah, peserta didik harus dibantu untuk
mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,
menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berfikir yang multy
dimensional.
6.
2. Prinsip
belajar afektif
Pembelajaran afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya
mencapai hasil belajar yang diharapkan apabila guru memperhatikan beberapa hal:
1. Sikap dan
nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan tetapi
sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain
2. Sikap
Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan
3. Nilai-nilai
yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok
4. Dalam
banyak kesempatan nilai diperoleh dan dipengaruhi pada masa kanak-kanak akan
tetap melekat sepanjang hayat
5. Proses
belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat
6. Model
interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran dikelas, dapat
memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif dikalangan siswa.
3. Prinsip
belajar psikomotorik
Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh guru
berkenaan dengan pembelajaran psikomotorik:
1. Di dalam
tugas kelompok akan menunjukan kemampuan variasi kemamapuan dasar psikomotorik
2. Struktu
ragawi dan sistim syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan
psikomotorik
3. Melalui
aktivitas bermain dan informal lainya para siswa akan memperoleh kemampuan
mengontrol gerakannya secara lebih baik
4. Faktor
lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penempilan
psikomotor individu
D. Cooperatif
Learning
Pembelajaran kooperatif
learning adalah pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa bekerjasama pada
tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnya. Mereka akan berbagi penghargaan bila berhasil sebagai kelompok.
(Ekowati dalam sutiana dan Indah, 2004: 22)
Pembelajaran kooperatif
adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan sikap pada prilaku
bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Dalam pembelajaran
kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi juga diajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan kooperatif tersebut antara lain (Lundgren, 1994):
Kooperatif tingkat awal seperti: Menggunakan kesepakatan, menghargai
kontribusi, mengambil giliran dan berbagai tugas, berada dalam tugas, mendorong
partisipasi, mengundang orang lain untuk bicara, dll.
Ketrampilan kooperatif
tingkat menengah, meliputi: Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang
dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan,
menafsiran, menerima tanggungjawab, mengurangi ketegangan, dll.
Keterampilan tingkat
mahir meliputi: Mengelaborasikan, memeriksa dengan cermat, menanyakan dengan
cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.
Tujuan kooperatif
learning adalah menciptakan situasi, kerhasilan individu ditentukan dan
dipengaruhi oleh kerhasilan kelompok, oleh karena itu pembelajaran ini
dikembangkan untuk mencapai tujuan yang penting yaitu: Hasil belajar akademik,
Penerimaan terhadap perbedaan individu, Pengembangan keterampilan sosial, dll.
Aplikasi cooperative
learning dalam pembelajaran adalah: Siswa bekerjasam untuk mencapai sesuatu
sesuai dengan tujuan bersama. Model cooperative learning menjanjikan pengaruh
positif pada siswa, yang terlihat adanya peningkatan kemampuan
E. Learner Autonomy
Learner Autonomy
(pembelajar mandiri) adalah suatu masalah yang explisit atau perhatian yang
serius dan sadar. Kita tidak dapat menerima tanggungjawab pembelajaran,
meskipun mempunyai ide, kenapa kita belajar. Pembelajar harus berinisiatif
untuk memberi arahan tentang proses belajar dan berbagi dalam kemajuan dan
evaluasi untuk mengembangkan sasaran pembelajar yang akan dicapai. Siswa harus
aktif merespon pelajaran
Otonomi
secara semantik berarti kompleks, Pembelajar mandiri harus menginterpretasikan
kebebasan dari kontrol guru, kebebasan dari tekanan kurikulum bahkan kebebasan
untuk memilih tidak belajar. Setiap kebebasan ini harus didiskusikan secara
bijaksana, dan yang terpenting adalah kebebasan belajar yang tersirat didalam
diri sendiri, berarti kapasitas tersebut dibatasi dengan tujuan yang akan di
capai.
Pembelajaran mandiri secara umum adalah salah satu hasil perkembangan dan
exkperimen belajar, sebagai contoh: Penguasaan bahasa Ibu, akan berhasil
apabila dikembangkan oleh murid sebagai pengguna bahasa tersebut, sebagai
bahasa Ibu. Sama halnya dengan belajar melalui pengalaman membantu mendefinisikan
apa yang dimaksud pelayanan masyarakat dalam memperkembangkan kapasitasnya
sebagai tingkah laku pembelajar mandiri.
Kebanyakan
guru tergantung pada latihan-latihan pembelajar dalam jangkauan yang luas dari
pembelajar di luar kelas yang tergambar dalam prinsip semua pembelajar yang
seharusnya mampu dipraktekan di dalam kelas. Beberapa kritik diajuakan terhadap
pembelajar mandiri dengan ide yang bermacam-macam, seperti bagian dari
tradisi budaya barat atau budaya lain. (Jones 1995). Argument ini
digunakan untuk mengembangkan pengetahuan pembelajar mandiri sebagai tradisi
pengajaran barat, contoh budaya pendidikan Inggris, Irlandia dan Jepang
dielaborasikan secara specifik dengan tradisi dan budaya mereka baik dikelas
maupun diluar kelas, diharapkan pengalaman terhadap tantangan dan pengayaan
belajar bisa dipraktekan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar