Senin, 23 Juni 2014

MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI


A.      Pengertian Belajar
    Dalam kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak terlepas dari kegiatan belajar, baik individu maupun kelompok. Belajar tidak dibatasi oleh waktu, usia, karena perubahan yang menuntut aktivitas belajar yang tidak pernah berhenti.
   Ada beberapa tentang pengertian belajar, Para ahli mengemukakan definisi belajar yang berbeda-beda. Tampaknya ada semacam kesepakatan bagi mereka yang mengatakan bahwa perbuatan belajar mengadung perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar. Perubahan itu bersifat intensional, positif aktif dan efektif-intensiional. Sifat intensional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari bukan kebetulan. Menurut Dimiyanti dan Mujiono (2006:9), belajar adalah sebuah prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya apabila ia tidak belajar responnya menurun.
  Menurut Sujana,(2000:28), belajar adalah mengubah tingkah laku seseorang melalui proses mereaksi setiap semua situasi yang ada disekitar individu tersebut dan diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
  Gagne mengemukakan dalam bukunya The conditions of learning(1977) bahwa “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa terhadap perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.(Atmowijoyo, 2009:75)
 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah:
1.      Perubahan dalam tingkah laku, mengarah kepada tingkah laku yang baik
2.      Perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi
3.      Perubahan itu harus mempunyai kesan-kesan yang mendalam dan merupakan proses akhir yang cukup panjang, adapun prriode waktu tersebut tidak ditentukan dengan pasti sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi   

B.     Teori Belajar
   Menurut teori psikologi behavioristik disebut “contenporary behaviorist”. Mereka berpendapat tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan  yang erat antara reaksi behaviral dengan stimulus (Soemanto, 1990: 16,17).
    Teori ini lebih menitik beratkan pada tingkah laku yang terlihat dari individu. Teori ini menganggap bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang dapat diamati oleh indra sebagai hasil interaksi dengan lingkunagan. Dalam berinteraksi dengan lingkungan individu menerima rangsangan, mengingat, dan bisa melupakannya.
  Menurut Clark C Hull mengemukakan teorinya, bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong karena motif, tujuan, maksud, aspirasi dan ambisi, harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat oleh individu, (Purwanto, 1994:97)
  Penggunaan praktis teori belajar dari hull untuk kegiatan dalam kelas adalah sebagai berikut:
1.      Teori belajar didasarkan pada drive-reduction atau drive stimulus reduction.
2.      Instructional objective harus dirumuskan secara specifict dan jelas
3.      Ruang kelas harus diatur dengan baik untuk memudahkan proses belajar didalam kelas
4.      Pelajaran harus dimulai dari yang sedrhana, mudah menuju kepada yang sulit
5.      Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong semangat belajar
6.      Latihan harus didistribusikan dengan baik, tidak boleh menganggu belajar
7.      Urutan mata pelajaran harus diatur dengan baik supaya mata pelajaran berikutnya tidak menghambat tetapi justru untuk merangsang kepelajaran berikutnya.

C.    Prinsip Belajar
     Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terujudnya perkembangan potensi peserta didik, tentunya melalui proses yang panjang, tidak dapat diukur dalam priode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran mengarah kepada upaya pencapaian perkembangan potensi anak didik.
      Beberapa prinsip belajar dari ranah pembelajaran, mencakup pembelajaran kognitif, afektif, psikomotorik. (Anurahman, 2009: 134-136). Uraianya sebagai berikut:
1.      1.      Prinsip belajar kognitif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kognitif:
1.      Perhatian harus dipusatkan pada aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi
2.      Hasil bekajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada
3.      Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
4.      Bila menyajikan konsep, kebermakaan dalam konsep sangat penting. Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa konsep benar-benar bermakna
5.      Dalam memecahkan masalah, peserta didik harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berfikir yang multy dimensional.
6.      2.      Prinsip belajar afektif
Pembelajaran afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil belajar yang diharapkan apabila guru memperhatikan beberapa hal:
1.      Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain
2.      Sikap Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan
3.      Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok
4.      Dalam banyak kesempatan nilai diperoleh dan dipengaruhi pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat
5.      Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat
6.      Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran dikelas, dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif dikalangan siswa.
3.      Prinsip belajar psikomotorik
Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh guru berkenaan dengan pembelajaran psikomotorik:
1.      Di dalam tugas kelompok akan menunjukan kemampuan variasi kemamapuan dasar psikomotorik
2.      Struktu ragawi dan sistim syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotorik
3.      Melalui aktivitas bermain dan informal lainya para siswa akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik
4.      Faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penempilan psikomotor individu

D.     Cooperatif Learning
       Pembelajaran kooperatif learning adalah pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa bekerjasama pada tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan berbagi penghargaan bila berhasil sebagai kelompok. (Ekowati dalam sutiana dan Indah, 2004: 22)
        Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan sikap pada prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
        Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi juga diajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan kooperatif tersebut antara lain (Lundgren, 1994): Kooperatif tingkat awal seperti:  Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagai tugas, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk bicara, dll.
       Ketrampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsiran, menerima tanggungjawab, mengurangi ketegangan, dll.
        Keterampilan tingkat mahir meliputi: Mengelaborasikan, memeriksa dengan cermat, menanyakan dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.
        Tujuan kooperatif learning adalah menciptakan situasi, kerhasilan individu ditentukan dan dipengaruhi oleh kerhasilan kelompok, oleh karena itu pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai tujuan yang penting yaitu: Hasil belajar akademik, Penerimaan terhadap perbedaan individu, Pengembangan keterampilan sosial, dll.
        Aplikasi cooperative learning dalam pembelajaran adalah: Siswa bekerjasam untuk mencapai sesuatu sesuai dengan tujuan bersama. Model cooperative learning menjanjikan pengaruh positif pada siswa, yang terlihat adanya peningkatan kemampuan
E.    Learner Autonomy
         Learner Autonomy (pembelajar mandiri) adalah suatu masalah yang explisit atau perhatian yang serius dan sadar. Kita tidak dapat menerima tanggungjawab pembelajaran, meskipun mempunyai ide, kenapa kita belajar. Pembelajar harus berinisiatif untuk memberi arahan tentang proses belajar dan berbagi dalam kemajuan dan evaluasi untuk mengembangkan sasaran pembelajar yang akan dicapai. Siswa harus aktif merespon pelajaran  
          Otonomi secara semantik berarti kompleks, Pembelajar mandiri harus menginterpretasikan kebebasan dari kontrol guru, kebebasan dari tekanan kurikulum bahkan kebebasan untuk memilih tidak belajar. Setiap kebebasan ini harus didiskusikan secara bijaksana, dan yang terpenting adalah kebebasan belajar yang tersirat didalam diri sendiri, berarti kapasitas tersebut dibatasi dengan tujuan yang akan di capai.
          Pembelajaran mandiri secara umum adalah salah satu hasil perkembangan dan exkperimen belajar, sebagai contoh: Penguasaan bahasa Ibu, akan berhasil apabila dikembangkan oleh murid sebagai pengguna bahasa tersebut, sebagai bahasa Ibu. Sama halnya dengan belajar melalui pengalaman membantu mendefinisikan apa yang dimaksud pelayanan masyarakat dalam memperkembangkan kapasitasnya sebagai tingkah laku pembelajar mandiri.
          Kebanyakan guru tergantung pada latihan-latihan pembelajar dalam jangkauan yang luas dari pembelajar di luar kelas yang tergambar dalam prinsip semua pembelajar yang seharusnya mampu dipraktekan di dalam kelas. Beberapa kritik diajuakan terhadap pembelajar mandiri  dengan ide yang bermacam-macam, seperti bagian dari tradisi budaya barat atau budaya lain. (Jones 1995). Argument ini  digunakan untuk mengembangkan pengetahuan pembelajar mandiri sebagai tradisi pengajaran barat, contoh budaya pendidikan Inggris, Irlandia dan Jepang dielaborasikan secara specifik dengan tradisi dan budaya mereka baik dikelas maupun diluar kelas, diharapkan pengalaman terhadap tantangan dan pengayaan belajar bisa dipraktekan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar