Jumat, 02 Mei 2014

MAKALAH PENGANTAR SOSIAOLOGI






TUGAS KELOMPOK
PENGANTAR SOSIOLOGI





Oleh :
BAHARUDDIN
1342042001
IRMAWATI SUPIAN
134204





JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014



A.        Pengantar
         Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Kekuasaan senantiasa ada di dalam masyarakat baik yang bersahaja, maupun yang sudah besar atau rumit susunannya. Akan tetapi walaupun selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dengan pihak lain yang menerima pengaruh itu, rela atau terpaksa. Apabila kekuasaan dijelma pada diri seseorang, biasanya orang itu dinamakan pemimpin dan yang mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut. Beda antara kekuasaan dengan wewenang, kekuasaan ialah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihal lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedang kan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau pendapat pengakuan dari masyarakat.
      Sebagai suatu proses, baik kekuasaan maupun wewenang merupakan pengaruh yang nyata atau potensial. Mengenai pengaruh tersebut, lazimnya diadakan pembedaan, sebagai berikut:
1.       Pengaruh bebas yang didasarkan pada komunikasi dan bersifat persuasif.
2.       Pengaruh tergantung atau tidak babas menjadi efektif karena ciri tertentu yang dimiliki oleh pihak-pihak lain y6ang berpengaruh. Pada pengaruh jenis pengeruh ini, mungkin terjadi proses-proses, sebagi berikut:
a.       Pihak yang berpengaruh membantu pihak yang dipengaruhi untuk nmencapai tujuannya, atau pihak yang berpengaruh mempunyai kekuatan untuk memaksakan kehendak (kemungkina dengan melancarkan ancaman-ancaman mental atau fisik)
b.       Pihak yang berpengaruh mempunyai ciri-ciri tertentu, yang menyebabkan pihak lain terpengaruh olehnya. Ciri-ciri tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
                                                         i.            Kelebihan di dalam dan pengetahuan.
                                                       ii.            Sifat dan sikap yang dapat dijadikan pedoman perilaku yang pantas atau perilaku yang diharapkan.
                                                      iii.            Mempunya kekuasaan resmi yang sah.

B.        Hakikat Kekuasaan Dan Sumbernya
        Dalam setiap hubungan antar manusia maupaun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian-pengertiankekuasaan dan wewenang.  Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup kemempuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak lainnya. Max Weber mengatakan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. Kekuasaan mempunayai aneka macam bentuk dan bermacam-macam sumber. Hak milik kebendaan dan kedudukan adalah sumber kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah-satu sumber kekuasaan, disamping kemampuan khusus dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu. Jadi kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam hubungan sosial maupun didalam organisasi-organisasi sosial. Akan tetapi pada umumnya kekuasaan yang tertinggi berada pada organisasi yang dinamakan  “ negara “.  Dengan demikian dapatlah di katakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris da asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:
1.       Simetris
2.       assimetris
a)       Hubungan persahabatab
a)       Popularitas
b)       Hubungan sehari-hari
b)       Peniruan
c)       Hubungan yang besifat ambivalen
c)       Mengikuti perintah
d)       Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya.
d)       Tunduk pada pemimpin formal dan informal

e)       Tunduk pada seorang ahli

f)        Pertentangan antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya

g)       Hubungan sehari-hari
      Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam faktor. Apabila sumber-sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaanya, maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:

1.       Sumber
2.       Kegunaan
a.       Militer
            Polisi
            Kriminal
a.       Pengendalian kekerasan
b.       Ekonomi
c.       Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi
d.       Politik
e.       Pengambilan keputusan
f.        Hukum
g.       Mempertahankan, mengubah, melancarkan interaksi
h.       Tradisi
i.         Sistem kepercayaan nilai-nilai
j.         Ideologi
k.       Pandangan hidup
l.         “Diversionary power”
m.     Kepentingan rekreatif



C.       Unsur-Unsur Saluran Kekuasaan Dan Dimensinya
       Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun antar kelompok mempunyai beberaap unsur pokok yaitu:
1.       Rasa Takut
Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kamauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan perasaan negatif, karena seseorang tunduk pada orng lain dalam keadaan terpaksa.
2.       Rasa Cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Rasa cinta biasanya mendarah daging dalam diri seseorng atau sekelompok orang. Rasa cinta yang efesien seharusnya dimuali dari pihak penguasa. Apabila ada sesuatu reakssi positif dari masyarakat yang di kuasai maka sistem kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan teratur.
3.       Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif. Misalnya, B sebagai orang yang dikuasai mengadakan hubungan langsung dengan A sebagai penmegang kekuasaan. B percaya sepenuhnya kepada A, kalau A akan selalu bertindak dan berlaku baik. Dengan demikian maka setiap keinginana A akan selalu dilaksanakan oleh B.
4.       Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain. Akan tetapi di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-orang yang memegang kekuasaan, mempunyai dasar pemujaan dari orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya dianggap benar. Apabila dilihat dalam masyarakat, maka di dalam pelaksanaannya dijalankan melalui saluran-saluran tertentu. Saluran-saluran tersebut banyak sekali, akan tetapi kita hanya akan membatasi diri pada saluran-saluran sebagai berikut:
1)       Saluran militer
Apabila saluran ini yang dipergunakan, maka penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan militer (militery force) dalam melaksanakan kekuasaannya. Tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka tunduk  kepada kemauan penguasa atau sekelompok orang-orang yang dianggap sebagai penguasa.
2)       Saluran ekonomi
Dengan menggunakan saluran-saluran di bidang ekonomi, penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat.
3)       Saluran politik
Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya adalah, antara lain, dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang sah.
4)       Saluran tradisional
Saluran tradisional biasanya merupakan saluran yang paling disukai. Dengan cara menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam sesuatu masyarakat, Maka pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lebih lancar.
5)       Saluran ideologi
Penguasa-penguasa dalam masyarakat, biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-dotrin, yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaanya.
6)       Saluran-saluran lainnya
Saluran-saluran lain disamping yang telah disebutkan di atas, ada pula yang dapat dipergunakan penguasa, misalnya alat-alat komunikasi massa surat kabar, radio, televisi, dan lain-lainnya. Apabila dimensi kekuasaan di telaah, maka ada kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
                                              I.            Kekuasaan yang sah dengan kekerasan
                                            II.            kekuasaan yang sah tanpa kekerasan
                                          III.            kekuasaan yang tidak sah dengan kekerasan
                                          IV.            kekuasaan tidak sah tanpa kekerasan
D.       Cara-Cara Mempertahankan Kekuasaan
Kekuasaan yang telah dilaksanakan melalui saluaran-saluran sebagaimana diterngkan di atas, memerlukan serangkaian cara atau usaha-usaha untuk mempertahankannya. Cara-cara atau usaha-usaha yang dilakukannya adalah antara lain:
a.       Dengan jalan menghilang segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa.
b.       Mengadakan sistem-sistem kepercayaan (belief-systems) yang akan dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golongannya.
c.       Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yagn baik.
d.       Mengadakan konsilidasi horizontal dan vertikal.
Pada penguasa biasanya mempunyai keahlian di bidang-bidang tertentu, misalnya bidang politik, ekonomi, militer, dan selanjutnya. Kekuasaan yang dipegang oleh seorang ahli politik, hanya mencakup bidang politik saja. Dengan demikian, penguasa mempunyai beberapa cara untuk memperkuat kedudukannya (yang khusus), antara lain:
a.       Dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu. Cara ini pada umumnya dilakukan dengan damai atau persuasif.
b.       Dengan jalan menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat dengan paksa atau kekerasan.
E.        Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan
Bentuk-bentuk kekuasaan pada masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini yang beraneka macam dengan masing-masing polanya. Menurut Maclver ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu:
a.       Tipe pertama (tipe kata) adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku.
b.       Tipe kedua (tipe oligarkis) masih mempunyai garis pemisah yang tegas. Akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada warga untuk meperoleh keuasaan-kekuasaan tertentu. Bedanya dengan tipe yang pertama adalah, walaupun kedudukan para warga pada tipe kedua masih didasarkan pada kelahiran ascribed status tetapi individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.
c.       Tipe ketiga (tipe demokratis) menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mibil sekali. Kelahiran tidak menentukan seseornag, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan.
F.        Wewenang
Sebagaimana halnya dengan kekuasaan, maka wewenang juga dapat dijumpai dimana-mana, walaupun tidak selamanya kekuasaan dan wewenang berada di satu tangan.dengan wewenang dimaksudkan sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Apabila orang membicarakan tenteng wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorng atau sekelompok orang. Tekanannya pada hak, dan bukan pada   kekuasaan. Dipandang dari sudut masyarakat, maka kekuasaan tanpa wewenang, merupakan kekuatan yang tidak sah. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat agar menjadi wewenang. Wewenang hanya mengalami perubahan dalam bentuk. Perkembangan suatu wewenang terletak pada suatu arah serta tujuannya untuk sebanyak mungkin memenuhi bentuk yang dididam-idamkan masyarakat. Wewenang ada beberapa bentuk, sebagai berikut:
1.       Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)
Pebedaan antara wewenang kharismatis, tradional, dan rasional (legal) dikemukakan oleh Max Weber. Pembedaan tersebut didasarkan pada hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang berlaku.
            Pra-industrial

Indutrial
Pruna indutrial
a.       Sumber
Tanah
Indutri/pabrik
Pengetahuan
b.       Pusat sosial
Pertanian, perkebunan
Business/perusahaan
Universitas, pusat penelitian
c.       Tokoh dominan
Pemilik tanah, kalangan militer
Kalangan business
Ilmuwan, peneliti
d.       Sarana berkuasa
Penguasaan kekuatan
Pengaruh tak langsung terhadap politik
Keseimbangan kekuatan politik, ilmiah, hak asasi
e.       Basis kelas
Harta, kekuatan, militer
Harta, organisasi, politik, keterampilan teknis
Keterampilan teknis, organisasi, politik
f.        cara
Kewarisan, konviskasi
Kewrisan, magang, pendidikan
Pendidikan, mobilisasi

    Didalam membicarakan ketiga bentuk wewenang tadi Max Weber memperhatikan sifat dasar wewenang tersebut, karena itulah yang menentukan kedudukan penguasa yang mempunyai wewenang tersebut.
    Wewenang kharismatis, merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus(whyu, pulung) yang ada pada diri seseorang.
    Wewenang tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekolompok orang. Dengan kata lain, wewenang tersebut dimiliki oleh orang-orang yang menjadi anggota kelompok. Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah:
a.       adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya dalam masyarakat.
b.       Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang yang hadir secara pribadi.
c.       Selama tak ada pertentengan dengan ketentuan-ketentuan tradisional, orang-orang tak dapat bertindak secara jelas.
    Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarakan pada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum di sini dipahamkan sebagai kaidah-kaidahyang telah diakui serta di taati masyarakat, bahkan yang telah diperkuat oleh negara.
2.       Wewenang resmi dan tak resmi
   Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Walau demikian, dalam kelompok-kelompok besar dengan wewenang resmi tersebut, mungkin saja ada wewenang yang tidak resmi. Tidak semuanya dijalankan atas dasar4 peraturan-peraturan resmi yang sengaja dibentuk. Bahkan demi kelancaran suatu perusahaan besar, misalnya kadangkala prosesnya didasarkan pada kebiasaan atau aturan-aturan yang tidak resmi. Contohnya dapat dilihat pada seorang sekretaris direktur. Ia punya wewenang resmi yang tidak besar.
3.       Wewenang pribadi dan teritorial
    Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota kelompok, dan di sini unsur kebersamaan sangat memegang peranan. Pada wewenang teritoriall, wilayah tempat tinggal memegang peranan yang sangat penting. Pada kelompok-kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang, karena desakan faktor-faktor individualisme.
4.       Wewenang terbatas dan menyeluruh
Suatu dimensi lain dari wewenang adalah pembedaan antara wewenang terbatas dengan menyeluruh. Apabila dibicarakan tentang wewenang terbatas, maka maksudnya adalah wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan. Akan tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya, seorang jaksa diindonesia, mempunyai wewenang untuk atas nama negara dan mewakili masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindak pidana. Namun jaksa tidak berwenang untuk mengadilinya. Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya, bahwa setiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
5.         Kepemimpinan
1.       Umum
    Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain yaitu (yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagai mana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan atau kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
     Kepemimpinan ada yang bersifat resmi ( formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan masayarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaan selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi.
2.       Perkembangan kepemimpinan dan sifat-sifat seorang pemimpin
     Kepemimpinan merupakanhasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseroang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil.
    Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil daris uatu proses dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat muncul pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seseronag individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompok untuk mencapai tujuannya dan dengan begitu kebutuhan warga tidak terpenuhi.
3.       Kepemimpinan menurut ajaran tradisional
    Kepemimpinan tradisional seperti misalnya di jawa, menggambarkan tugas seorang pemimpin melalui pepetah sebagai berikut:
        Ing ngarsa asang tulada
        Ing madya mangun karsa
        Tut wuri handayani
   Pepatah tersebut sering di pergunakan oleh almarhum Ki Hajar Dewantara, yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia kurang lebih adalahsebagai berikut:
Di muka bumi memberi tauladan
Di tengah-tengah membangun semangat
Dari belakang memberi pengaruh
    Seorang pemimpin di muka, harus memiliki idealisme kuat, serta dia dapat menjelaskan cita-citanya kepada masyarakat dengan cara-cara sejelas mungkin.
    Seorang pemimpin di tengah-tengah, mengikuti kehendak yang dibentuk masyarakat. Ia selalu mengamati jalannya masyarakat, serta dapat merasakan suka-dukanya.
    Pemimpin dibelakang di harapkan mempunyai kemampuan untuk mengikuti perkembangan masyarakat. Dia berkewajiban untuk menjaga agar perkembangan masyarakat tidak menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang pada suatu masa di hargai oleh masyarakat. Sendi-sendi kepemimpinannya adalah keutuhan dan harmoni.
4.       Sandaran-sandaran kepemimpinan dan kepemimpinan yang dianggap efektif
   Kepemimpinan seseorang (pemimpin) harus mempunyai sandaran-sandaran kemasyarakatan atau social basis. Pertama-tama kepemimpinan erat hubungannya dengan susunan masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang agraris dimana belum ada spesialisasi, biasanya kepemimpinan meliputi seluruh bidang kehidupan masyarakat.
    Kekeuatan kepemimpinan juga di tentukan oleh suatu lapangan kehidupan masyarakat yang pada saat mendapat perhatian khusus dari masyarakat yang di sebut cultural focus.
    Setiap kepemimpinan yang efektif harus memperhitungkan social basic apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar dari pemerintahan boneka belaka.
    Kepemimipina di dalam masyarakat-masyarakathukum adat yang tradisional dan homogen, perlu diseseuaikan dengan susunan masyarakat tersebut yang masih tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri pengayuban.
5.       Tugas dan Metode
Secara sosialogis, tugas-tugas pokok seorng pemimpin adalah
a.       Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi pengikut-pengikutnya.
b.       Mengawasi, mengendalikan serta meyalurkan perilaku warga masyarakat yang di pimpinnya.
c.       Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang di pimpin.
Suatu kepemimpinan (leadership) dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan berbagi cara (metode). Cara-cara tersebut lazimnya dikelompokkan kedalam kategori-kategori, sebagai berikut:
a.       Cara-cara otoriter, yang ciri-ciri pokoknya adalah sebagi berikut:
1.       Pemimpin menetukan segala kegiatan kelompok secara sepihak
2.       Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
3.       Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam prosesinteraksi da dalam kelompok tersebut.
b.       Cara-cara demokratis dengan ciri-ciri umum sebagai berikut:
1.       Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau anggota kelompok untuk ikut serta dalam merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2.       Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk
3.       Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun pengikut-pengikut
4.       Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
c.       Cara-cara bebas dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut:
1.       Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif.
2.       Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya diserahkan kepada kelompok.
3.       Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan kelompok.

4.       Pemimpin berada di tengah-tengah kelompok, namun dia hanya berperan sebagai penonton.baharbtp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar