Jumat, 02 Mei 2014

KONSEP DASAR DAN SEJARAH PLS

Konsep Dasar dan Sejarah PLS

     PLS bukan barang baru dalam peradaban manusia, karena kehadirannya jauh lebih tua dibandingkan dengan pendidikan sekolah atau formal. PLS memiliki azas yaitu ” LIFE LONG EDUCATION” yang artinya Bahwa sistem PLS telah digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik dinegara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Konsep PLS muncul atas dasar hasil pengamatan manusia dan pengalaman, kemudian di bentuk sehingga nampak perbedaan ciri antara PLS dan Pendidikan Sekolah. Salah seorang pakar atau ahli mengatakan Phillips H Combs, PLS adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan diluar sistem pendidikan sekolah untuk memberi pelayanan kepada sasaran didik dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PLS adalah setiap usaha sadar dan terorganisasi diluar kegiatan pendidikan persekolahan yang isi kegiatannya berkenaan dengan peninggkatan keterampilan, perluasan wawasan dan kesejahteraan keluarga dengan melalui berbagai pendidikan seperti, Pendidikan masyarakat, Pembinaan Generasi Muda, Pemberdayaan Perempuan. Selain itu PLS juga memiliki berbagai fungsi yaitu,
1.       Sebagai kekuatan untuk meotivasi peserta didik melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dari dirinya sendiri, tumbuhnya kesadaran, minat dan semangat untuk belajar secara berkesinambungan atau belajar sepangjang hayat.
2.       Untuk memperoleh, memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan aspirasi yang telah dimiliki akibat terjadinya perubahan.
3.       PLS sebagai wadah untuk membelajarkan masyarakat agar tiap individu mampu  mengembangkan potensi dirinya, sehingga terwujud masyarakat gemar belajar
4.       PLS merupaka prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, agar manusia melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
5.       Pendidikan hanya berakhir bila manusia telah eninggal dunia
6.       PLS membelajarkan masyarakat, kapan saja dan dimana saja agar warga masyarakat mampu memelihara dan mamanfaatkan nilai baru yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
      Selain fungsi PLS juga memiliki tujuan yaitu,
1.       Kesejahteraan hidup dengan penekanan pada pertumbuhan, pemeliharaan, dan perawatan kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan.
2.       Transmisi kebudayaan yang penekanannya pada aspek pengetahuan, sikap, keterampilan bekerja, berkomunikasi, berorganisasi dan bermasyrakat.
3.       Sikap maju dan dinamis yang diarahkan pada kreatifitas dalam pemecahan masalah praktis untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Populasi dan sasaran PLS dapat ditinjau atas:
1.       Berdasarkan usia
  1.   Usia prasekolah (0-6 tahun atau usia TK). Upaya pelayana pendidikan pada usia ini antara lain: play group, taman penititpan anak, atau bentuk lain sederajtnya.
  2.   Usia pendidkan dasar (7-15 tahun atau usia SD-SMP). Masih terdapat 3,00 % anak usia 7-15 tahun yang tidak dapat tertampung pada pendidikan fomal sehingga sasaran kelompok usia ini dapat dilayani melalui program-program PLS.
  3.   Usia pendidikan menengah (16-18 tahun atau usia SMA/SMK/MA). Tidak semua kelompok usia ini dapat menikmati pendidikan dan tidak selalu pendidikan sekolah dirancang untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.
  4.  Usia pendidikan tinggi (19-24 tahun usia perguruan tinggi), Gogolngan usia ini berada diluar sekolah, jauh lebih besar dari erka yang berada dalam perguruan tinggi dan umunya mereka belum bekerja. Untuk mempersiapkan mereka menjadi tenaga kerja yang produktif, maka diperlukan layanan program PLS.
  5. Usia 25 tahun keatas, Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, senantiasa memerlukan penyesuaian-penyesuaian, mereka yang telah bekerja dan memerlukan penyesuaian, dapat dilakukan melalui pelayanan program-program PLS.

2.       Berdasarkan jenis kalamin
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin wanita atau perempuan lebih banyak dari pria atau laki-laki dan partisipasi wanita terhitung masih rendah dalam peningkatan produksi atau dalam pendidikan sosial ekonomi yang dilaksanakan bersama pria. Program PLS sangat berperan dalam kegiatan program PKK, KB termasuk pengetahuan merawat bayi, pemeliharaan kesehatan fisik, dan gizi.
3.       Berdasakan lingkungan hidup
a)                   Masayarakat pedesaan
Untuk mencegah terjadinya urbanisasi, program PLS harus dirancang agar mampu meningkatkan keterampilan masyarakat guna memanfaatkan dan mendayagunakan potensi lingkungan untuk membangun desanya.
b)                  Masayarakat perkotaan
Munculnya lapangan kerja baru sebagai akibat perkembgangan teknologi, membutuhkan tenaga kerja yang memilki pengetahuan baru dan keterampialn baru. Untuk merekrut tenaga kerja yang memenuhi persyaratan dalam waktu yang relatif singkat, diperlukan latihan-latihan melalui jasa pelayanan PLS.
c)                   Masayarakat daerah terpencil
Tingkat pendidikan dan kebudayaan mereka jauh tertinggal dibandingkan masyarakat yang berdiam didaerah arus lalu lintas budaya. Agar mereka ikut serta berperan dalam pembangunan, diperlukan jasa pelayanan PLS.
d)                  Berdasarkan kekhususan
                                                        I.            Warga masyarakat yang disebabkan oleh sesuatu hal seperti anak terlantar, yatim piatu.
                                                     II.            Warga masyarakat yang mengalami penyimpangan sosial dan emosional seperti anak nakal, WTS, korban narkotika.
                                                   III.            Warga masyarakat yang mengalami kecacatan, misalnya; tuna netra, tuna daksa, tuna runngu, tuna mental.
                                                   IV.            Warga masyarakat yang kerena berbagai sebab (sosial, ekonomi, geografis) tidak dapat mengikuti program pendidikan sekolah.
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAL LUAR SEKOLAH
·         ASAL USUL PLS
Kelahiran pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh:
                                I.            Pendidikan dalam keluarga
*      Dalam kehidupan kaluarga terjadi interaksi antar anggota keluarga melalui asuhan dan bimbingan. Kegiatan inilah yang menjadi akar tumbuhnya perbuatan mendidik.
*      Keluaga-keluarga ini membentuk pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal atau keturunan mereka.
*      Kelompok-kelompok mengadopsi pola-pola transmisi yang dilakukan kedalam kehidupan kelompok misalnya: keterampialn bercocok tanam, pandai besi yang diperoleh anak-anaknya melalui kegiatan belajar sambil bekerja.
*      Kegiatan belajar yang asli  (indigenous) yang merupakan pendidikan tradisional, yang kemudian menjadi akar pertumbuhan PLS. Inilah awal kehadiran PLS, tumbuh dari tradisi yang dianut oleh masyarakat.
                              II.            Pengaruh tradisi masyarakat
                           III.            Pengaruh agama
·         Faktor pendukung perkembangan PLS
·         Para praktisi masyarakat
Hal ini ditandai dengan keterlibatan warga masyarakat yang secara sukarelawan melakukan kegiatan pendidikan dalam upaya membantu masyarakat seperti dalam bidang kesehatan, bidang ekonomi, kesenian, olah raga, keterampilan produktif.
·         Para kritikus tentang kelemahan pendidikan sekolah
1)      kelemahan pendidikan sekolah ditandai dengan berkembangnya kritik-kritik terhadap pendidikan sekolah yang dianggap kurang berhasil memecahkan masalah-masalah pendidikan
2)      banyaknya tamatan sekoalah menjadi pengangguran atau tidak bekerja karena pengetahuan yang dimilikinya tidak dapat dimanfaatkan untuk mencari nafkah karena kurang relevan dengan kebutuhan hidup, kurang mengandung nilai praktis dan fungsional
3)      segi integritas pendidikan (Michiya Shimbory) menanggapi sistem pendidikan bahwa pendidikan hanya mengutamakan sertifikat formal. Makna pendidikan yang sebenarnya terabaikan sementara fungsi simbolik dilebih-lebihkan. Orang tua tidak mengetahui isi pendidikan. Pendidikan sekolah adalah desintegrasi dari hidup itu sendiri.
4)      Keterbatasan sekolah adalah terbatas dalam hal Waktu, Ruangan, Fleksibilitas dan Isi
·         Kelemahan-kelemahan pendidikan sekolah
                                                 i.              Kecenderungan menyeleksi
                                               ii.              Kurang memperhatikan kebutuhan belajar
                                             iii.              Struktur sekolah yang diorganisasi dengan ketat
                                             iv.              Sekolah tersing dari masyarakat.
                                               v.              Sistem perskolahan mahal. Makin tinggi suatu program dan makin lama suatu program, makin tinggi pula biaya yang diperlukan.

                                             vi.              Pemborosan pendidikan. Banyaknya peserta didik yang mengulang dan putus sekolah, mencerminkan  bahwa sistem persekolahan , efesiensi internalnya sangat rendah. Anak-anak terjun kemasyarakat dengan modal pengetahuan yang mentah sehingga nilai fungsionalnya masih sangat rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar